Jakarta, Aktual.com – Banjir merupakan salah satu bencana tahunan yang kerap menyapa sejumlah wilayah di Jakarta.
Warga ibu kota pun dibuat repot karenanya. Selain mendatangkan penyakit, banjir juga membuat warga kehilangan harta bendanya.
Namun alih-alih menimbulkan empati dan simpati akibat banjir yang menimpa, warga justru mendapat semacam intimidasi oleh oknum aparat setempat.
Hal ini dialami oleh korban banjir di Jalan Bangau II, Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Oknum aparat mengintimidasi warga setempat lantaran adanya pengaduan yang dilakukan kepada salah seorang calon legislatif (Caleg) yang akan bertarung dalam Pemilu 2019.
Hal ini berawal dari banjir yang terjadi pada Kamis (13/12) lalu, di mana genangan air sampai mencapai 150 centimeter. Akibatnya, para warga pun terpaksa mengungsi ke tempat yang aman.
Kesal karena diabaikan oleh aparat setempat, para warga pun mengadu kepada Caleg DPRD DKI asal PPP, Teddy Yulianto, yang berkunjung ke Jalan Bangau II pada keesokan harinya, Jumat (14/12).
Kepada Teddy, warga menyebutkan penyebab banjir karena tanggul tidak juga ditinggikan, padahal warga sudah memberitahu permasalahan tersebut kepada Pemprov DKI Jakarta.
“Kerabat dan teman saya ada yang tinggal di daerah itu. Mereka menceritakan dan saya langsung datang untuk mencari tahu apa penyebabnya,” kata Teddy mengungkapkan alasan kedatangannya kepada wartawan, Selasa (18/12).
Ia menegaskan, kehadirannya sekaligus merupakan upaya menyerap permasalahan dan memperjuangkan kepentingan warga. Terlebih Kelurahan Pondok Labu merupakan wilayah yang termasuk dalam daerah pemilihan atau Dapil-nya.
“Kalau saya tidak mau memperjuangkan hak-hak dan kepentingan warga, ya jangan jadi caleg. Apalagi ini konstituen saya. Insya Allah kalau terpilih, permasalahan banjir di Pondok Labu ini akan menjadi prioritas yang akan saya perjuangkan,” jelas Teddy.
Setelah itu, lanjutnya, warga didatangi oleh aparat setempat untuk mengintimidasi sebagai respon dari pengaduan. Teddy sangat menyayangkan sikap oknum aparat yang justru menanggapi persoalan ini dengan mengintimidasi warga.
Menurutnya, oknum aparat tersebut bukan hanya mengintimidasi, melainkan juga mengeluarkan pernyataan yang bernuansa SARA.
“Perilaku aparat seperti ini sangat membahayakan kerukunan antar umat beragama di Jakarta,” tegasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan