Jakarta, Aktual.com — Pemerintahan Jokowi JK melalui kebijakan ekonominya dinilai belum bisa menciptakan kepercayaan yang kuat bagi masyarakat. Ini dibuktikan dengan beberapa kali kebijakan yang dibuat pemerintah demi mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk asumsi makro dalam RAPBN 2016 ditanggapi dingin oleh pasar.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan kepercayaan tersebut kembali pada persepsi masing-masing pihak. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu menjadi faktor utamanya.
“Masalah persepsi orang lihatnya kita seolah-olah terisolir luar, ini kan masalah luar. Buktinya China sampai devaluasi karena dia (China) sadar pertumbuhan ekonominya lemah,” ujar Bambang di Gedung Bank Indonesia Thamrin, Jakarta, Rabu (19/8).
Kendati demikian, pemerintah mengaku telah berusaha semaksimal mungkin agar kepercayaan ekonomi di masyarakat terhadap pemerintah tumbuh kembali. “Kami dorong agar belanja modal pemerintah dicairkan cepat dan daerah di cairkan anggarannya.”
Untuk diketahui, reaksi pasar yang dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa kali melemah, meskipun terdapat momen-momen penting yang seharusnya mendongkrak laju IHSG.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada bahkan mengatakan IHSG telah mengesampingkan tiga momen yang diharapkan awalnya dapat memberikan sentimen positif, yaitu pidato Presiden di lantai bursa saat HUT Pasar Modal; reshuffle cabinet; serta pidato kenegaraan yang menyampaikan RAPBN 2016. Bahkan rilis surplus neraca perdagangan kurang ditanggapi karena nilai ekspor dan impornya mengalami penurunan.
Siang ini, IHSG berada di level 4.486, melemah 23,59 poin atau 0,52 persen dari pembukaan pagi tadi.
Artikel ini ditulis oleh: