Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen DPR RI Rofi Munawar menilai kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang melarang warga dari tujuh negara muslim masuk ke AS, dapat mempersulit dialog antara dunia Islam dan Barat.
“Kebijakan Trump telah menimbulkan keresahan bagi umat Muslim dunia. Situasi ini akan semakin menyulitkan dialog dunia Islam dan barat untuk membangun kondisi dunia yang lebih kondusif,” kata Rofi, Senin (30/1).
“Kebijakan Presiden AS Donald Trump didasari atas asumsi dan prasangka berlebihan terhadap Islam. Trump menganggap bahwa Islam adalah radikalisme negara dan tindakan terorisme, padahal Islam adalah beragam aspek yang tidak berdiri sendiri dan sudah terbukti memiliki kontribusi besar terhadap peradaban dan perdamaian dunia,” tambahnya.
Menurut dia, kebijakan tersebut menunjukkan bahwa proses dialog tidak menjadi prioritas utama dalam pemerintahan Trump untuk membangun diplomasi dengan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.
Selain itu, Rofi berpendapat bahwa kebijakan Trump yang baru itu merupakan perubahan kebijakan luar negeri AS yang cenderung proteksionis dan didasari oleh kekhawatiran yang berlebihan terhadap aksi terorisme.
“Dari kebijakan yang dikeluarkan semakin menegaskan bahwa Trump kesulitan menemukan formula terbaik menghadapi krisis yang sedang terjadi di Amerika Serikat. Trump dengan kebijakannya ini telah mempersonalisasi masalah Islam menjadi masalah seluruh Amerika,” kata dia.
Pada Jumat pekan (27/1), Trump menandatangani surat perintah yang memberlakukan penundaan selama empat bulan untuk mengizinkan pengungsi dari Suriah masuk ke Amerika Serikat. Dan, untuk sementara melarang masuk pengunjung dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim. Ketujuh negara itu adalah Suriah, Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman.
Sebanyak 22 negara anggota Liga Arab menyatakan keprihatinan yang mendalam pada Minggu terhadap perintah yang dikeluarkan Trump dan menilai bahwa larangan masuk itu tidak dapat dibenarkan.
Kebijakan Trump itu tidak hanya mengundang protes dari luar negeri, namun juga di dalam negeri, yakni dari berbagai negara bagian AS. Bahkan, sejumlah perusahaan teknologi-seperti Google dan Apple-menyatakan kekecewaan mereka terhadap kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump yang melarang warga dari tujuh negara mayoritas Muslim memasuki AS.
Artikel ini ditulis oleh: