Karyawati menunjukkan mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11). Dana Moneter Internasional (IMF) secara resmi memasukan Yuan ke dalam special drawing rights (SDR) atau aset cadangan internasional sebagai mata uang elite dunia, menyusul dolar AS, euro, poundsterling Inggris, dan yen Jepang. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/15.

Jakarta, Aktual.com — Bisnis PT Bank Mandiri (Persero) Tbk di China terus meningkat, bahkan perseroan akan menargetkan kucuran kredit di sana bisa tumbuh 44 persen.

Dengan kondisi itu, bisa jadi Mandiri membutuhkan kucuran dana berdenominasi renminbi (RMB) lebih banyak lagi. Hal ini bisa jadi akan semakin memuluskan perseroan untuk kembali meminjam dari China Development Bank (CDB).

Karena sebelumnya, pada saat Mandiri dapat utangan dari CDB sebanyak US$1 miliar, ternyata tidak semua dalam bentuk US$ melainkan 30 persennya berdenominasi renminbi.

“Untuk pengucuran kredit di Bank Mandiri cabang Shanghai, China, sudah tembus US$120 juta di tahun lalu,” tegas Direktur Treasury and Markets Bank Mandiri, Pahala Mansury di Jakarta, Kamis (7/4).

Pertumbuhan bisnis di China ini terus meningkat tajam. Bahkan di tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan mencapai 44 persen.

“Karena pasarnya masih besar, maka kami optimis dapat tumbuh sebesar itu. Bahkan nantinya tidak hanya produk lending, tapi juga trade, treasury, forex, maupun bond,” tegas dia.

Apalagi, saat ini Mandiri sudah mendapat izin dari Otoritas pengawasan perbankan China atau China Banking Regulatory Commission (CBRC) terkait transaksi/lisensi RMB kepada Bank Mandiri cabang Shanghai itu.

“Melalui lisensi ini, bank Mandiri akan terus memperkuat kantor luar negeri khususnya di China untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan transaksi perdagangan Indonesia,” tegas dia.

Dengan izin tersebut, kata dia, Mandiri akan mendapat kemudahan transaksi bisnis maupun perdagangan antara Indonesia-China. Terlebih, saat ini terdapat permintaan yang sangat besar dari nasabah Bank Mandiri terkait bisnis ekspor-impor, untuk melakukan transaksi dengan mata uang RMB itu.

Kata dia, transaksi dengan menggunakan RMB ini memiliki potensi yang sangat besar. “Sebab, transaksi perdagangan China pada 2020 yang dilakukan dalam mata uang RMB diperkirakan akan meningkat secara signifikan,” tandas dia.

Dengan izin itu, tentu saja dana yang disuntik Mandiri dalam mata uang rupiah bisa langsung dikonversi ke RMB. Selama ini, sebelum ada izin itu tidak bisa langsung ke RMB melainkan harus ke dollar Amerika Serikat dulu.

Apalagi saat ini, sudah terdapat lebih dari 10 RMB clearing center di berbagai belahan dunia. “Dan terdapat beberapa negara yang sudah menjalin kerjasama Renminbi swap line dengan China,” ujar Pahala.

Dengan pasar yang masih luas itu, maka kebutuhan RMB di Mandiri nisa jadi terus meningkat. Dan untuk mencukupi kebutuhan itu, bisa jadi dilakukan dengan pinjam ke perbankan China, salah satunya CDB.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan