Jakarta, Aktual.co — Pada tanggal 29 November 2014 lalu, Paraguay merayakan peringatan 33 tahun hubungan bilateral dengan Republik Indonesia, negara berpenduduk  250 juta jiwa lebih, terbanyak keempat di dunia. Sebagai anggota dari negara G 11 yang fokus mengentaskan kemiskinan, Indonesia seperti juga Paraguay menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia tahun 1995.

Yang aneh, meski ada potensi besar meningkatkan hubungan bilateral di bidang ekonomi dan politik kedua negara, bahkan Jakarta merupakan satu dari 15 kota terpenting dalam hubungan perdagangan dengan Asuncion (ibukota Paraguay), namun hubungan bilateral kedua Negara dinilai Peter Tase, jurnalis Amerika yang lama bermukim di Paraguay, belum kunjung terlihat beranjak maju. 

Padahal sebagai contoh, Indonesia raksasa besar Asia Tenggara ini telah mengimpor lebih dari USD 19.5 juta pada tahun 2012, dan nilai impornya meningkat secara signifikan pada tahun 2013 hingga mencapai lebih dari USD 121.8 juta yang tentunya memberikan keuntungan bagi Paraguay dari nilai perdagangan barang.

Sayang potensi hubungan perdagangan yang besar ini belum dikembangkan secara strategis oleh kedua negara. Sesungguhnya peluang bisnis yang demikian besar itu dapat dilakukan melalui kerangka kerjasama dalam Perjanjian Perdagangan Bebas antara Indonesia dan Paraguay. Begitu pula antara Paraguay dan negara-negara ASEAN (ASEAN saat ini merupakan kelompok perdagangan terbesar di dunia bersama Jepang, China, dan Rusia).

Paraguay sendiri melalui sejumlah perjanjian komersial yang dilakukan Menteri Gustavo Leite dan jajaran Kementrian Perindustrian dan Perdagangan (MIC) bersama Jaringan Investasi dan Ekspor Paraguay (REDIEX) mulai sukses membenahi Paraguay. Hasilnya mengagumkan dan menunjukkan performa luar biasa. Asuncion tercatat untuk pertama kalinya memiliki pemimpin yang visioner dan pragmatis.

Pemasok Utama Kedelai

Terjepit di antara Brasil dan Argentina, negara seluas 406.750 km2 atau setara negara bagian California di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi Paraguay terlibat luar biasa. Paraguay adalah produsen daging sapi terbesar ketujuh di dunia dan kini berharap menjadi produsen terbesar kelima pada tahun 2018.

Selain sebagai salah satu Negara pemasok daging sapi berkualitas di dunia, Paraguay yang dijuluki Jantung Amerika Selatan ini berpotensi besar memasok kedelai, minyak kedelai, dan gula organik ke Indonesia. Asuncion merupakan penyedia gula organik terbesar ke Amerika Serikat pada tahun 2011, di mana sebagian besar diimpor lagi oleh negara-negara Uni Eropa.

Salah satu produk makanan tradisional di Indonesia adalah tempe yang terbuat dari kacang kedelai yang dimasak dan difermentasi. Indonesia sangat butuh pasok kedelai dalam jumlah sangat besar setiap hari. Ketersediaan kedelai sebagai bahan pembuat tempe dan tahu yang tidak sebanding dengan konsumsi, memaksa Indonesia harus mengimpor kedelai dari negara lain.

Sebaliknya meski luasnya hanya sepertiga Indonesia, Paraguay adalah produsen kedelai terbesar ke-4 di dunia. Karena itu kini sudah saatnya Paraguay menjalin kerjasama harmonis sebagai Mitra Tempe Indonesia melalui perjanjian kerjasama bilateral, agar Indonesia bisa mengimpor langsung kedelai Paraguay tanpa melalui perantara negara lain lagi, sehingga beroleh harga amat kompetitif.

Kerjasama bilateral bisa terjalin harmonis, bila kedua negara saling mendukung, terutama di dalam hal perdagangan, teknologi dan pariwisata.  Indonesia yang sudah melangkah jauh di bidang minyak dan gas alam serta pariwisata dapat memberi bantuan teknologi bagi Paraguay yang baru saja menemukan ladang minyak dan gas alam di wilayah Chaco.
Sebagai sektor strategis, penemuan ladang minyak dan gas alam di Chaco ini tentu butuh bantuan tangan trampil dari para ahli migas Indonesia, agar pemanfaatan sumber migas ini tetap ramah lingkungan dan sesuai prinsip pembangunan berlanjutan,

Indonesia yang kaya pengalaman mengelola sektor industri migas dalam ekomoni nasionalnya selama ini, tentu merupakan aset besar bagi Paraguay, yang baru mulai akan mengeksplorasi temuan lahan migasnya.
Apalagi dalam 20 tahun ke depan, Asunción perlu melakukan diversifikasi produksi energi nasional. Dua bendungan hidroelektrik, Itaipu dan Yacyreta saat ini tidak akan cukup memasok energi secara nasional. Perlu pembangunan waduk hidroelektrik baru di seluruh sungai di Paraguay yang mencapai jarak sepanjang 6.500 Km.

Untuk itu penggunaan sumber daya minyak dan gas alam secara efektif dengan bantuan para ahli Indonesia akan bermanfaat besar pada masa depan. Potensi Indonesia bagi Paraguay sebagai bangsa yang juga bercita-cita memiliki keanekaragaman matriks produksi energy terbarukan tentu sangat strategis.

Di sisi lain, Paraguay sebagai Negara berpendapatan perkapita tertinggi di Amerika Selatan, niscaya dapat mengirimkan ratusan bahkan ribuan turis untuk melihat keindahan alam Indonesia dan para pemuda Paraguay bisa belajar berbagai seni dari keanekaragaman budaya di berbagai Universitas di Indonesia. Demikian pula sebaliknya..

Dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada antar kota yang memiliki karateristik yang sama di Paraguay dan Indonesia, pembentukan sister city merupakan langkah awal yang sangat baik bagi terciptanya hubungan manis antara kedua negara ini.

Artikel ini ditulis oleh: