Menikmati GMT 2016 di atas KM Kelud

Belitung, Aktual.com — Waktu menunjukan pukul 06.00 Wib, terik matahari pagi seakan menyambut hangat para peserta Ekspedisi Maritim Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 di atas Kapal Motor (KM) Kelud yang tengah melego jangkar dekat pantai Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung Rabu (9/3).

Ekspedisi Maritim GMT 2016 di KM Kelud sendiri diikuti sekitar 1130 penumpang dan kegiatan ini diprakasai oleh Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya.

“Pada Ekspedisi Maritim 2016 ini kali pertama Kemenko Maritim menggunakan kapal pesiar ala Indonesia, KM Kelud,” ujar Deputi IV bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim, Dr. Safri Burhanuddin.

Lebih lanjut Safri mengatakan Kemenko Maritim, pada kegiatan ini sengaja melibatkan mahasiswa, dengan tujuan sebagai upaya untuk memperkenalkan laut dan dunia maritim kepada mereka. “Sekaligus sebagai cikal-bakal pelaksanaan program pelayaran bagi siswa dan mahasiswa Indonesia nantinya,” ujar dia.

Sekitar pukul 07.21.06, WIB, Matahari dan Bulan mulai bersinggungan, dan dalam waktu hitungan menit, terjadilah Gerhana Matahari selama 2 menit 10 detik, peristiwa langka  yang telah dinanti-nanti oleh para peserta yang terdiri dari para pelajar, akademisi, jurnalis dan peneliti, pakar, para karyawan Kemenko Kemaritiman dan Sumber Daya, Lapan, BMG.

“Alhamdulillah cuaca sangat cerah sehingga kita tadi bisa melihat kecantikan dari gerhana tersebut. Fenomena alam ini sangat unik dan langka. Meski ilmu astronomi sudah sangat tua tetapi terus awet muda karena dengan sendirinya mengikuti pergerakan alam hingga akhir masa,” jelas peneliti astonomi dari ITB, Prof, Dr Suhardja D Wiramihardja, M.Sc.

Lebih lanjut Suharja mengatakan saat Bulan menutupi Matahari, temperatur lokasi yang dilintasi gerhana di Bumi akan turun sesaat selama GMT berlangsung. Penurunan sekitar 3º Celsius. Pada saat temperatur turun, uap air jadi lebih mudah berkumpul sehingga pembentukan awan menguat.

“Kejadian ini kemudian membuat hewan tertipu, karena hewan akan berperilaku seakan malam tiba. Karena itu, hewan malam akan bersiap-siap ke luar dan hewan yang berkeliaran di siang hari akan bersiap tidur,” jelas dia.

Dia menambahkan dalam kurun waktu jangka pendek dan jangka panjang, tidak ada pengaruh apapun dari Gerhana Matahari total. Gerhana sendiri dimulai saat bulan perlahan menutupi piringan Matahari. Semakin lama semakin besar area piringan Matahari yang ditutupi Bulan.

“GMT sendiri terjadi sesaat sebelum memasuki fase total, dimana sinar Matahari terakhir akan bersinar melewati lembah-lembah di permukaan Bulan,”ujar dia.

Sementara pada fase total, kata Suharja seluruh permukaan Matahari akan tertutupi oleh Bulan. Sehingga kita dapat melihat kecantikan korona Matahari yang menjulur dari bagian tepi piringan Matahari. Saat totalitas keadaan sekitar akan gelap seperti malam dengan Bulan Purnama, membuat langit di daerah cakrawala akan berwarna layaknya sore hari.

Dari berbagai sumber disebutkan Gerhana Matahari Total di Indonesia yang melintasi Wilayah Indonesia terjadi pada tanggal 24 Oktober 1995. Di tahun 1980-1990, terjadi 3 gerhana total yakni 11 Juni 1983, 22 November 1984 dan 18 maret 1988. Setelah 9 Maret 2016, Gerhana Matahari Total berikutnya akan terjadi tanggal 20 April 2042 dan 12 September 2053.

Sedangkan pada tanggal 20 April 2023 dan 25 November 2049, Indonesia sendiri akan dilintasi Gerhana Hibrida yakni Gerhana Matahari Cincin dan Total yang terjadi bersamaan dalam satu gerhana, sehingga ada sebagian Wilayah di Indonesia dapat melihat Gerhana Matahari Total.

Selama 2 abad atau dari tahun 1901-2100 (abad 20 dan 21), Indonesia dilintasi oleh 14 Gerhana Matahari Total termasuk di dalamnya adalah Gerhana Hibrida.

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs