Jakarta, Aktual.com — Faktor komitmen koalisi tanpa syarat yang dilupakan Presiden Jokowi disinyalir sebagai penyebab Kegaduhan yang terjadi sepanjang 2015.
Terutama soal munculnya wacana reshuffle jilid II terhadap kabinet kerja.
“Meskipun reshuffle kabinet bolak-balik dilakukan tetap tidak bisa memberikan jawaban sebab Jokowi tidak pegang teguh janjinya atas komitmen koalisi tanpa syarat,” kata Ketua Umum Ormas Gerakan Cinta Tanah Air Persatuan Nasionalis Indonesia (GETAR PNI), Syamsuddin Anggir Monde, di Jakarta, Rabu (30/12).
Menurut Syamsuddin, koalisi tanpa syarat dalam perjalanannya hanya sebatas ‘lip service’, sehingga keputusan menyangkut bangsa dan negara dilakukan dengan cara tidak elok dan timbul kegaduhan.
Diprediksi, tahun 2016 kegaduhan elit yang tidak menyentuh kepentingan rakyat akan terus terjadi lantaran dominasi keputusan penting Jokowi disetir elit politik dibelakangnya.
“Jadi marilah kita semuanya bangun, tegak berdiri, berdikari dan mandiri di bangsanya sendiri. Dan kami mengajak seluruh bangsa untuk berpikir cerdas dan bekerja cerdas, bukan bekerja keras, karena kita sudah berdaulat,” sebutnya.
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Beni Pramula mengatakan bahwa saat ini kelompok pemuda dan mahasiswa cenderung melihat bangsa Indonesia seolah tidak ada pemimpin.
Bahkan, sambung dia, dalam beberapa kesempatan kepemimpinan Jokowi-JK terlihat bagaikan kepemimpinan multipilot.
“Sehingga tidak tahu siapa pemimpin kita sesungguhnya. Kalau kami dari gerakan aliansi tarik mandat mendesak kepemimpinan hari ini dievaluasi bila perlu amputansi ganti kepemimpinan nasional, karena sumber malapetaka krisis multi dimensi bangsa adalah kepemimpinan nasional yang rapuh,” sebut dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang