Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Maulana Syekh Yusri Rusydi menjelaskan bahwa salah satu keistimewaan Rasulullah Saw yang tidak dimilik oleh makhluk lain adalah Rasulullah pernah melihat Allah Swt di dunia ini. Yaitu ketika Nabi melakukan perjalanan isra dan mi’raj hingga sampai kepada sidrat al muntaha, dan melihat Allah Swt.

Adapun di sorga nanti, maka para penghuninyapun bisa melihat Allah Swt seperti mereka melihat bulan di malam purnama. Allah Swt berfirman,

إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Dan kepada Tuhannya, mereka (ahli surga ) melihat Nya,” (QS. Al-Qiyamah: 23).

Sebagaimana Allah Swt juga berfirman,

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, maka balasannya adalah sorga dan melihat kepada Allah Ta’ala,” (QS. Yunus: 26).

Sebagaimana dalam sabda Rasulullah Saw,

فَقَالَ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تُضَامُّونَ فِى رُؤْيَتِهِ

Kemudian Nabi berkata: “Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan (purnama) ini, kalian tidak akan berdesakan dalam melihatnya,” (HR. Bukhari)

Pada hadits riwayat Ibnu Abbas RA mengatakan

مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى قَالَ رَآهُ بِفُؤَادِهِ مَرَّتَيْنِ

“Tidaklah hati itu salah terhadap apa yang dilihatnya, dan ia telah melihatnya pada kesempatan yang lainnya, Ibnu Abbas berkata: ‘Melihatnya dengan mata hatinya sebanyak dua kali,'” (HR. Muslim).

Dimana Ibnu Abbas tidak akan mengatakan sesuatu yang ghaib tentang Nabi kecuali mendengarkan langsung darinya, karena semua sahabat Nabi adalah orang-orang yang adil yang tidak mungkin berbohong.

Adapun riwayat yang mengatakan bahwa Sayyidah Aisyah RA mengingkari bahwa Nabi telah melihat Allah yaitu pada yang diriwayatkan Imam Bukhari,

فَقَدْ كَذَبَ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ كَذَبَ ثُمَّ قَرَأَتْ لاَ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ

“Benar-benar salah orang yang mengatakan kepadamu bahwa Muhammad SAW telah melihat Tuhannya, kemudian ia membaca ayat, ‘Allah tidak bisa dilihat oleh mata sedangkan Allah Dzat yang melihat mata,'” (HR. Bukhari).

Syekh Yusri hafidzahullah menjelaskan bahwa ada dua cara untuk menggabungkan dua hadits yang secara dzahirnya saling bertentangan tersebut. Cara yang pertama adalah kita katakana bahwa Sayidah Aisyah ketika mengingkari Nabi melihat Allah, adalah dengan mengambil dalil dari Al-Qur’an dan tidaklah mendengarkan langsung dari Rasulullah sebagai orang yang mengalami kejadian tersebut.

Adapun Ibnu Abbas Ra telah meriwayatkannya dari Rasulullah secara langsung sebagaimana pada hadits di atas. Dimana di dalam kaidah ilmu hadist dikatakan apabila ada dua hadits shahih yang saling bertentangan dan tidak mungkin bisa untuk digabungkan maka,

اَلْإِثْبَاتُ مُقَدَّمٌ عًلًى النَّفْيِ

“Yang menetapkan adalah lebih didahulukan daripada yang mengingkari,”.

Karena ketika menetapkan, maka ia memiliki pengetahuan (ilmu) yang lebih dari pada yang mengingkarinya.

Adapun cara yang kedua Syekh Yusri mengatakan bahwa Sayidah Aisyah Ra adalah menafikan (mengingkari) Rasulullah melihat Allah dengan pengelihatan yang meliputi Dzatnya (secara keseluruhan) sedangkan Ibnu Abbas adalah menetapkan Rasulullah melihat Allah tidak dengan meliputi Dzatnya, karena hal ini adalah mustahil bagi Allah Swt. Sehingga tidak ada pertentangan diantara keduanya karena mereka menetapkan dan mengingkari pada sesuatu yang saling berbeda, jadi keduanya sama-sama ada benarnya.

Wallahu A’lam.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain