Jakarta, Aktual.com – Kejutan terjadi pada hari terakhir pendaftaran bakal Calon Legislatif (bacaleg) untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Dari 16 parpol peserta Pemilu yang mendaftarkan Bacaleg-nya kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), sosok Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra, pantas untuk disorot.
Bagaimana tidak, Guru Besar Hukum Tata Negara Universtas Indonesia (UI) ini memutuskan untuk turun gunung untuk bertarung sebagai Caleg dalam Pemilu tahun depan.
“Kali ini saya harus turun untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya bagi PBB karena minimal untuk ke DPR itu 4%,” kata Yusril usai memimpin rombongan PBB menyerahkan berkas pendaftaran Bacaleg di Kantor KPU RI, Jakarta, Selasa (17/7) malam.
Ia menegaskan, keikutsertaannya sebagai Caleg merupakan keseriusan PBB agar dapat lolos ke parlemen pada periode 2019-2024 mendatang.
Pada Pemilu 2019, Yusril akan bertarung di Daerah Pemilihan (Dapil) Jakarta III, yang meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu.
Salah satu pesaing Yusril dalam dapil ini adalah Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie. Berdasar laman resmi KPU, dapil Jakarta III memiliki alokasi 8 kursi DPR.
“Kalau kampanye di Jakarta itu kan jadi bahan pemberitaan dan itu sedikit banyaknya berpengaruh di daerah-daerah,” ucap Yusril membeberkan alasannya memilih Dapil Jakarta III.
Sebelumnya, PBB telah menggadang-gadangkan Yusril sebagai kandidat Capres dalam Pemilu tahun depan. Namun, hal ini tak terealisasi akibat adanya ambang batas Presiden (presidential threshold) sebesar 20%, sebagaimana diatur dalam UU Pemilu.
PBB sendiri mendaftarkan Bacaleg DPR RI sebanyak 411 orang yang tersebar di 80 Dapil. Menurut Yusril, 54,2% bacaleg PBB terdiri dari perempuan.
Lebih lanjut, Yusril pun optimis jika partainya dapat lolos ke DPR pada Pemilu 2019. Ia berdalih, partainya telah mendapat dukungan dari berbagai ormas Islam, seperti Front Pembela Islam (FPI), mantan kader Hitzbut Tahrir Indonesia (HTI) dan mantan aktivis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh.
“HTI selama ini enggak boleh berpolitik. Tapi sekarang ini mereka berubah, ada banyak calon dari HTI. Ada juga calon dari FPI, (seperti) Habib Muchsin Alatas bekas Ketum FPI, dia maju di Bekasi dan Depok, Jawa Barat. Ada juga di tempat lain, Jawa Tengah, Jawa Timur, di Kalimantan Selatan juga ada FPI,” papar Yusril.
“(Kalau) NU dan Muhammadiyah sudah biasa lah (berpolitik), tapi fenomena baru ada HTI, FPI, dan Kombatan Aceh itu fenomena baru,” tutup pria yang pernah menjabat sejumlah posisi menteri ini.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan