Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono didampingi pengurus Partai Demokrat memberikan keterangan pers soal melaporkan pengacara Setya Novanto, Firman Wijaya, ke Bareskrim Polri, di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Selasa (6/2). Pelaporan tersebut terkait ucapan Firman seusai sidang Setya Novanto pada Kamis (25/1) lalu atas dugaan pencemaran nama baik. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ibarat “suguhan” di pesta hajatan, kompetensi pemilihan presiden (Pilpres 2019) saat ini masih “menghidangkan” dua sosok saja yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Hidangan yang “disuguhkan” itu sama seperti tahun sebelumnya yakni 2014, dimana ketika itu Jokowi paling diminati oleh tamu undangan. Apakah tahun 2019 ini, Jokowi akan mendulang hal yang sama. Ibarat menyantap hidangan disuatu acara, tentu mereka yang hadir pasti ingin hidangan yang telah “disuguhkan” itu ada rasa baru.

Rasa baru itu, ibaratnya penggugah selera bagi para tamu undangan yang hadir. Terlebih, itu semua dikembalikan kepada selera tamu undangan. Ada yang menganggap itu-itu saja alias tidak menggugah selera, ada pula yang menganggap itu cukup untuk “disuguhkan”.

Sekalipun, suka tidak suka tamu undangan itu tetap “menyantap” hidangan yang sudah disedikan itu. Sebab, banyak pilihan juga belum tentu tamu undangan akan menyantap semua hidangan yang “disuguhkan”. Karena memang hidangan itu dibatasi untuk disantap.

Suguhan poros ketiga tentu sangat menarik untuk dibahas, karena memang terbentuknya poros baru diluar Jokowi dan Prabowo, akan membuat kompetensi Pilpres 2019 tidak hanya terbelah kepada dua kubu, yang selama ini diketahui hanya kubu Jokowi dan Prabowo.

Wacana poros ketiga dalam Pilpres tahun 2019 semakin mengemuka. Hal itu tak luput dari masih adanya tiga partai (Demokrat, PAN dan PKB) yang masih memungkinkan membentuk poros ketiga, diluar Jokowi maupun Prabowo sebagai dua kandidat capres yang digadang-gadangkan saat ini.

Jika digabungkan maka koalisi dari Demokrat, PAN dan PKB, sudah mengumpulkan 157 kursi DPR RI, yang tentunya lebih dari cukup untuk memenuhi ambang batas minimal pencalonan presiden sebesar 112 kursi DPR RI (20 persen). Apalagi, Demokrat, PAN dan PKB memiliki kedekatan emosional yang cukup baik sejak berkoalisi pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017.

Sehingga tinggal melanjutkan komunikasi yang lebih intens untuk berkoalisi dalam Pilpres mendatang. Lagi pula, sikap dua dari tiga pimpinan partai tersebut dianggap ‘abu-abu’. Meski, poros ketiga di Pilpres 2019 berawal dari usulan Presiden PKS Sohibul Iman. Isu tersebut kemudian mencair hingga memunculkan sejumlah capres alternatif.

Wacana poros ketiga dimunculkan agar Pilpres 2019 tak hanya diikuti oleh dua pasang calon saja. PKS sendiri secara gamblang sudah mengisyaratkan untuk bergabung dengan koalisi Prabowo bersama Gerindra.

“PAN, PKB, sama Demokrat. Yang kita lihat, kan Demokrat di luar pemerintahan, PAN paro-paro (separuh-separuh), Cak Imin (Ketum PKB Muhaimin Iskandar) kadang dalam, kadang luar. Gabung saja, nggak apa-apa, atas dasar keinginan bersama untuk membentuk demokrasi yang sehat, itu bisa,” ujar Sohibul, Kamis (1/3/2018).

Atas usulan itu, PKB yang kini masih merupakan pendukung Jokowi pun menyambut baik. Apalagi niat PKB untuk menjadikan sang ketum sebagai cawapres seolah dimentahkan oleh koalisi Jokowi. Meski begitu, PKB masih berharap bisa tetap berada di koalisi pemerintah, namun dengan syarat menjadikan Cak Imin sebagai cawapres.

“Sebenarnya keputusan PKB tergantung dari Pak Jokowi dan Mbak Mega (Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, red). Bila Mbak Mega minta, saya rasa Cak Imin akan ke Jokowi,” kata Wasekjen PKB Daniel Johan.

Partai Demokrat pun mengaku masih memperhitungkan langkah untuk Pilpres 2019. Poros ketiga ini kemudian memunculkan wacana pasangan Muhaimin Iskandar dengan ketua Kogasma Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk berduet. Demokrat menyambut baik itu.

“Jadi peluang itu amat terbuka. Poros ketiga sangat mungkin,” sebut Ketua Divisi Komunikasi Publik Demokrat, Imelda Sari.

Sementara, PAN yang awalnya tampak ingin berada di koalisi Prabowo, lalu mulai tertarik dengan wacana tersebut. Bahkan PAN menyebut sejumlah nama capres alternatif mulai dari Jenderal Gatot Nurmantyo hingga Gubernur DKI Anies Baswedan.

“Ya segala kemungkinan kan bisa, calon tunggal bisa, dua calon bisa, tiga calon bisa. Lihat perkembangan nanti, pertemuan partai-partai saya kira bulan-bulan lima lah. (Mei) Sudah ketahuan,” kata Ketum PAN Zulikfli Hasan.

Namun belakangan Zulkifli terlihat mulai dilema, karena Ketua Majelis Kehormatan PAN Amien Rais meminta agar PAN tidak mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Zulkifli pun pesimis poros ketiga sulit direalisasi. Secara matematis, poros ketiga mungkin, tapi kan PAN menganggap itu tidak mudah.

“Namanya incumbent, punya kekuatan bisa saja gitu. Secara matematis bisa, tapi yang mungkin bisa dua (poros),” kata dia melanjutkan.

Poros ketiga dengan menggabungkan Demokrat-PAN-PKB memang memungkinkan untuk mengusung calon pasangan di Pilpres 2019. Kekuatan mereka di parlemen bisa memunculkan tiket bagi pasangan calon. Demokrat saat ini memiliki 61 kursi atau 10,9 persen kursi DPR, kemudian PAN punya 48 kursi atau 8,6 persen kursi DPR. Jumlah ini memang masih kurang untuk mengusung capres-cawapres.

Gerindra yang juga menentukan sikap menyambut baik wacana poros ketiga itu. Dengan tiga pasangan capres, katanya suasana Pilpres 2019 akan lebih adem ketimbang dua pasangan capres seperti Pilpres 2014 lalu.

“Ya kan gini, pertama kan kita menghormati semua keputusan partai. Kalau sudah 5 partai Pak Jokowi kan, sekarang tahu-tahu ada poros baru katakanlah Cak Imin-AHY silakan saja, kita menghormati. Jangan ada calon tunggal. Lebih banyak lebih bagus, supaya masyarakat punya banyak pilihan” ungkap Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria.

Partai Golkar yang sudah menyatakan dukungan untuk Jokowi di 2019 juga menyambut baik wacana poros ketiga. Hanya saja partai berlambang pohon beringin ini berharap agar isu tersebut tidak membuat rontok koalisi pemerintah yang mendukung Jokowi.

“Bagi kami Partai Golkar mengharapkan dalam pembentukan poros baru Pilres 2019 nanti tak ganggu kekompakan partai pendukung pemerintah untuk mengantarkan pak Jokowi sampai 2019,” ujar Ketua DPP bidang Media dan Penggalangan Opini Ace Hasan Sadzily.

Sinyal Demokrat, PAN dan PKB

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang