Kulon Progo, Aktual.com – Aksi kekerasan kembali terjadi dalam proses pembangunan bandara baru Kulonprogo di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DI Yogyakarta, Selasa (16/2).
Kekerasan terjadi saat kurang lebih 1.000 aparat gabungan dari kepolisian, Satpol PP dan TNI, diturunkan untuk mengawal pematokan tanah yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kulonprogo.
Rizky Fatahillah dari LBH Yogyakarta menuturkan, kekerasan dilakukan aparat-terutama kepolisian-saat memaksa merangsek masuk ke area pemukiman milik warga di Sidorejo sekitar pukul 14.30 Wib. Aparat dipimpin langsung Kapolres Kulonprogo AKBP Nanang Djunadi S.IK.
Saat itu ratusan warga yang kebanyakan petani dari paguyuban Wahana Tri Tunggal (WTT) berkerumun di lokasi untuk mengawal proses pematokan. Mereka yang terdiri dari bapak, ibu sampai anak-anak itu keberatan dengan proses pematokan.
Karena warga keberatan wilayahnya dipatok tanpa tahu tujuan pematokan. Apakah untuk mencocokkan data pertanahan, atau untuk koordinat lain. Warga pun memilih tidak bergeming, meski aparat memaksa merangsek masuk dan tidak memberi ruang negosiasi kepada warga.
“Lalu lewat mobil komando yang memakai toa, aparat mengatakan siapapun yang menghalangi proses pematokan akan dianggap melawan penguasa,” tutur Rizky, saat dihubungi Aktual.com, Rabu (17/2) dinihari.
Saat itulah, aparat memaksa masuk. Sambil melakukan pemukulan, tendangan serta intimidasi. Ada anak-anak yang terinjak saat polisi membubarkan kerumunan warga. “Bahkan ada warga yang dicekik sampai pingsan,” ujar dia.
Beberapa barang milik warga yang berprofesi petani, seperti motor dan meja bibit tanaman cabai di pekarangan, juga rusak akibat polisi yang memaksa dan main kekerasan. Seorang ibu juga disebut sempat dipaksa diborgol oleh aparat. Alami kekerasan dari aparat, warga hanya menangis dan mengeluh.
“Kita akan melaporkan ke Komnas HAM dan Polri atas kejadian ini,” ujar Rizky.
Berikut nama-nama korban kekerasan yang dilakukan aparat. Yakni:
Prayogo Andi Wibowo, Dita Prihantanto, Muhamdi, Warsiyad, Dwi Sukantar, Suwanto, Suroto, Sukirman, Wagino dan Sipiyo. Sunarti, Elli, Tri, Sumarni dan Suprihatin (Dibawa ke puskesmas karena pingsan terkena injak dan pukul).
Proses pematokan berlangsung di beberapa titik:
1. Desa Palihan, Kragon II, pematokan dilakukan jam 10.00 pagi,
2. Bapangan, Glagah, sekitar jam 11.30Wib
3. Sidorejo dua kali pengukuran: pertama pukul 11.30Wib dan kedua 14.30Wib.
Artikel ini ditulis oleh: