Jakarta, Aktual.com – Akibat kekeringan di daerah pemasok, harga beras di Kota Sukabumi, Jawa Barat melambung yang rata-rata kenaikan harganya Rp1.000 per kilogram yang dijual pasar tradisional.
“Kekeringan melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Sukabumi beberapa waktu lalu berdampak kepada sulitnya petani untuk bisa menanam padi, akibatnya, harga semua jenis beras mulai naik. Ini dikarenakan pasokan berkurang,” kata salah seorang penjual sembilan bahan pokok (sembako) di Pasar Pasundan Kota Sukabumi Wawan, Selasa (3/10).
Adapun harga untuk beras KW II Jampang yang semula harganya hanya Rp7.500 kini menjadi Rp8.500 perkilogramnya. Sedangkan untuk kualitas setingkat diatasnya naik yakni jenis KW I Jampang saat ini dijual Rp9.500/kg yang awalnya hanya Rp8.500/kg.
Akibat kenaikan harga beras tersebut penjualan menjadi menurun, tadinya bisa menjual setiap harinya lima kwintal, sekarang hanya dua kwintal saja. Bahkan beras jenis ketan pun harganya ikut naik dari Rp15 ribu menjadi Rp20 ribu perkilogramnya.
“Untuk beras ketan karena harganya terlalu tinggi untuk sementara, saya tidak menjual sampai harganya kembali normal,” tambahnya.
Di tempat terpisan, Andri Ardiansyah (29) pedagang beras di kios Pasar Lettu Bakrie Kota Sukabumi mengatakan kenaikan yang paling tinggi justru terjadi setelah Idul Adha 1438 Hijriah.
Jenis beras yang paling tinggi mengalami kenaikan adalah beras Jampang kualitas sedang dari yang sebelumnya berkisar Rp8 ribu menjadi diatas Rp9 ribu setiap kilogramnya.
Sedangkan pada beras jenis super kenaikannya tidak terlalu tinggi hanya Rp600 dari yang sebelumnya diangka Rp9.400 kini dijualnya dengan harga Rp10 ribu perkilogramnya.
“Hal semacam ini sudah biasa terjadi setiap musim kemarau tiba, namun hingga kini persediaan masih cukup karena diperkirakan pada Februari hingga Maret 2018 akan mulai kembali panen, sehingga harganya diperkirakan akan stabil lagi,” katanya.
Beras yang dipasok ke Kota Sukabumi 80 persen lebih berasal dari luar daerah salah satu daerah pemasok adalah Kabupaten Sukabumi, sehingga harganya dipengaruhi terhadap hasil produksi di kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali ini.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka