Jakarta, aktual.com – Pemberian kuota internet oleh Kemendikbud kepada siswa, guru, mahasiswa dan dosen diminta memperhatikan cakupan layanan operator seluler dan kualitas jaringannya, terutama kecepatan download, upload, agar proses belajar lancar.
Sebagai referensi kualitas sinyal operator bisa merujuk laporan Opensignal maupun melalui aplikasi Speedtest oleh Ookla yang dapat diakses publik secara bebas dan realtime.
Berdasar data SpeedTest/Ookla per Juli 2020 yang dikompilasi, dimana data tersebut bisa diakses publik, Telkomsel memilki jaringan dan kecepatan internet lebih stabil, merata, di hampir semua daerah. Dimana pada pengukuran download, Telkomsel unggul sebagai operator nomor 1 di 382 Kota/kabupaten, lalu sebagai operator nomor 2 di 98 kota/kabupaten, lalu sebagai operator no 3 di 14 kabupaten kota.
Telkomsel memang ada beberapa yang masuk diperingkat 2 dan 3, namun lebih menandakan banyaknya pelanggan yang dimiliki atau bisa juga operator yang peringkatnya 1 di lokasi yang sama dengan Telkomsel, kalah jumlah pelangganya sedikit sehingga speednya masih berlimpah. Ini wajar mengingat prinsip internet yang berbagi, makin banyak pengguna kecepatan cenderung turun.
Sementara merujuk pada laporan Opensignal pada Juli 2020 lalu, Telkomsel menempati urutan pertama sebagai operator dengan cakupan 4G terluas di Tanah Air. Pada Skala 0 -10, Telkomsel mengantongi nilai 8,1.
Opensignal menyebutkan dengan skor yang dikantongi tersebut berarti masyarakat dapat menemukan sinyal 4G Telkomsel di lebih banyak lokasi dibandingkan dengan pengguna operator lainnya. Adapun urutan XL Axiata dan Indosat masing-masing memiliki skor 6,0 dan 5,8. Lalu, Smartfren dan Tri tertinggal jauh dengan skor keduanya yang masih berada di bawah 5 poin.
Masih dalam laporan yang sama, cakupan luas jaringan Telkomsel ternyata juga diimbangi oleh pengalaman menonton video streaming dengan kategori terbaik. Telkomsel mengantongi skor 62.9 (dari 100). Sementara itu, XL, Indosat dan Tri memiliki skor 54.4, 53.1, dan 52.8. Laporan Opensignak menobatkan Smartfren sebagai operator ddengan kualitas tonton video streaming terburuk dengan skor 34.4.
Sementara kecepatan unduh, rata-rata pengguna Telkomsel merasakan kecepatan unduh tercepat sebesar 13,1 Mbps di Indonesia. Skor kemenangannya 3,8 Mbps lebih cepat dari pesaing terdekatnya, XL, dan lebih dari tiga kali lipat lebih cepat dari Smartfren di posisi terakhir. Pada skor Pengalaman Kecepatan Unduhan 4G: Telkomsel mencapai skor tertinggi — 14,8 Mbps — XL di peringkat kedua dengan skor 10,7Mbps, diikuti dengan Indosat, 3 dan Smartfren dengan skor 9,4 Mbps, 7,9Mbps, dan 4,3 Mbps.
Pada kecepatan unggah, Telkomsel menjadi pemenang dengan skor 5,1 Mbps, sementara XL hampir menyaingi pemenang kami dengan skor 4,9 Mbps. Operator 3 dan Indosat 4,5 Mbps. Smartfren 1 Mbps. Dalam pengalaman video, Telkomsel menang di hampir semua kota.
Saat ini, Telkomsel telah memiliki lebih dari 228.000 base transceiver station (BTS) di Indonesia. Sebanyak 178.000 di antaranya merupakan BTS broadband yang mampu menghadirkan layanan 3G dan 4G yang telah menjangkau 95 persen wilayah populasi masyarakat Indonesia. Telkomsel juga telah menggelar lebih dari 20.000 BTS yang tersebar di wilayah 3T dan perbatasan negara.
Wakil Ketua Komisi X DPR Agustina Wilujeng Pramestuti meminta, bantuan Paket Pulsa kepada siswa dalam masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan respon atas permintaan masyarakat yang disampaikan kepada komisi X DPR RI, dalam Rapat Panja PJJ.
Agustina mengingatkan, dalam hal memilih operator, pemerintah harus memilih yang sudah teruji, dengan jangakauan jaringan internet kuat stabil, juga sistem yang baik, agar proses belajar dapat berjalan lancar. Karena itu, Kemendikbud dinilai perlu bermitra dengan operator telekomunikasi dengan sistem yang baik, jangkauan luas, dan kualitas yang terjamin, agar akses internet yang didapat bisa optimal.
Agustina juga mengingatkan, jangan sampai dana yang berasal dari APBN disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab. Karena itu, jangan sampai Kemendikbud salah memilih operator telekomunikasi sehingga pulsa yang diberikan ke guru atau peserta didik tidak bisa dimanfaatkan untuk proses PJJ.
“Tugas pemerintah mengawal supaya bantuan tepat sasaran dan bermanfaat, sehingga pemilihan jaringan harus yang telah teruji, jangkauan luas dan stabil, sistemnya tidak merugikan siswa,” tegas Agustina.
Agar PJJ bisa berjalan lebih lancar, ia menyarankan agar ada kebijakan dari pemerintah untuk memberi dukungan dari sisi peralatan seperti bantuan komputer, tablet, maupun personal computer (PC) kepada sekolah untuk bisa menjadi alat bantu PJJ. Sebab ketika Panitia Kerja Pembelajaran Jarak Jauh (Panja PJJ) melakukan pemantauan di masyarakat, masih banyak guru dan peserta didik yang belum memiliki fasilitas telpon genggam.
“Komisi X DPR RI menyambut baik kebijakan ini, dan meyakini bahwa akan berdampak positif bagi siswa,” ucapnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin