Beijing, Atual.com – Epidemi COVID-19 telah memperburuk tren yang mengkhawatirkan untuk melakukan bisnis di China di tengah melambatnya pertumbuhan pendapatan, hambatan regulasi dan pengaruh sektor milik negara, kata kelompok bisnis Eropa, Rabu.

Hanya setengah dari perusahaan Eropa di China yang disurvei mengatakan bahwa pendapatan mereka di negara itu pada tahun lalu meningkat sebesar 5 persen atau lebih.

Proporsi itu merupakan yang terendah dalam satu dekade, menurut survei terhadap anggota Kamar Dagang Uni Eropa di China yang dilakukan pada Februari yang secara keseluruhan melibatkan 626 responden.

Perlambatan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu dilihat sebagai tantangan bisnis terbesar oleh para responden. Setelah langkah penguncian (lockdown) yang meluas untuk mengendalikan epidemi COVID-19, ekonomi China menyusut 6,8 persen pada kuartal pertama, dan pemerintah China menurunkan target pertumbuhan untuk setahun penuh.

“Sejauh mana dampak negatif dari COVID-19 pada pertumbuhan pendapatan masih belum jelas, tetapi tren ini tidak dapat disangkal suram,” kata laporan dari survei itu.

Perusahaan kecil dan menengah, serta industri kimia, perminyakan, otomotif, konstruksi, dan logistik, kemungkinan besar mengalami penurunan dalam pertumbuhan pendapatan dan pendapatan sebelum bunga dan pajak pada 2019, menurut laporan survei tersebut. Perusahaan-perusahaan di sektor tersebut juga termasuk yang paling terpukul oleh epidemi COVID-19, sebut laporan survei.

Menurut laporan survei itu, hanya perbaikan “tambahan” untuk peraturan lingkungan hidup China yang terlihat pada 2019, dan 44 persen dari anggota Kamar Dagang Uni Eropa yang disurvei itu memperkirakan hambatan bisnis akan meningkat selama lima tahun ke depan.

Selain itu, hampir setengah dari responden memperkirakan sektor BUMN kuat China, yang sering menjadi sumber keluhan bisnis-bisnis asing, tahun ini akan mendapatkan peluang dengan mengorbankan sektor swasta.

“Wabah COVID-19 tampaknya akan semakin memperburuk masalah ini, dengan pemerintah China sekarang beralih ke BUMN sebagai sumber stabilitas di masa yang tidak pasti ini, dan hal itu hanya dapat dicapai dengan menguras lebih banyak sumber daya dari sektor swasta,” kata laporan itu, mengacu pada perusahaan milik negara.

Sumber: Reuters (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Warto'i