“Permasalahan sekarang adalah tingkat kemacetan semakin tinggi, sepeda motor makin dominan, angkutan umum makin menurun. Peran angkutan umum massal baru mencapai dua sampai tiga persen, KRL tiga sampai empat persen,” katanya.

“Infrastruktur angkutan massal sangat terbatas, pengadaan bus dan KRL masih belum memenuhi perjalanan. Minimnya pendanaan angkutan umhm, khususnya di Kawasan Bodetabek,” lanjut dia.

Djoko menambahkan di Jabodetabek sudah tersedia jaringan KRL Jabodetabek dan Bus Transjakarta, yakni 80 koridor termasuk 13 jalur Transjakarta.

Kemudian, pada 2013, rata-rata 431.886 penumpang per hari, pada 2017 sudah meningkat rata-rata 993.992 penumpang per hari atau ada peningkatan 230 persen.

“Menambah kapasitas KRL sudah sulit dilakukan, karena hampir semua rangkaian sudah 19-12 kereta untuk setiap rangkaian. Menanbah frekuensi perjalanan, terhambat perlintasan sebidang dengan jalan raya,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara