Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri, bersama Sekjen Kemnaker Abdul Wahab Bangkona, memimpin rapat pimpinan di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan di Jakarta, Rabu (1/6/2016). Rapat membahas tindak lanjut hasil lawatan Menteri ke Timur Tengah, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab.

Jakarta, Aktual.com – Seiring perkembangan teknologi dan informasi yang kian masif, Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Hanif Dhakiri memprediksi bakal berdampak buruk terhadap tenaga kerja saat ini, baik di BUMN maupun perusahaan swasta.

Hal ini disebabkan tenaga kerja saat ini masih belum terlalu familiar dengan sarana IT. Sehingga tak menutup kemungkinan laju pengangguran di masa yang akan datang akan meningkat.

“Jadi perkembangan ke depan akan menuntut kita untuk menghadapi tantangan, terkait pengangguran. Perubahan teknologi informasi yang berkembang secara masif akan memengaruhi banyak hal di sisi bisnis,” jelas Hanif dalam acara “Indonesia CSR Exhibition 2017” di Jakarta, Jumat (18/8).

Terlebih lagi, kata dia, kondisi pekerja saat ini masih banyak didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar (SD). Dan hal itu pun masih terjadi dalam kondisi angkatan kerja Indonesia. Sebanyak 131 juta orang yang masuk ke dalam kelompok angkatan kerja itu, sebesar 60 persen adalah lulusan SD dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Makanya kami mendorong adanya keterlibatan dunia usaha untuk menekan tingkat pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan pendapatan,” ujar Hanif.

Salah satunya dengan meningkatkan skill pekerja saat ini agar lebih familiar dengan masalah IT. Sehingga pembangunan sumber daya manusia (SDM) berbasis keahlian dan keterampilan pun penting dikedepankan.

“Adanya perkembangan teknologi digital, maka pekerja harus memiliki skill yang lebih tinggi agar tersisih,” imbuh dia.

Pasalnya, kata dia, tanpa perimbangan antara keahlian SDM dan kemajuan teknologi digital, maka secara alamiah akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Kecepatan perkembangan IT akan mempengaruhi dunia bisnis. Karena persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan harus mengadopsi penggunaan IT,” tutur Hanif.

Selain pengangguran, kata dia, tantangan pada perekonomian nasional juga ada pada aspek kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.

“Ketiga tantangan tersebut merupakan pekerjaan rumah kita semua, baik masyarakat maupun perusahaan swasta. Tetapi, tingkat pengangguran saat ini adalah yang terendah di era reformasi,” klaim Hanif.

Untuk itu, Hanif melanjutkan, saat ini pemerintah tengah mendorong penguatan akses pendidikan, karena pertumbuhan ekonomi tidak lagi bisa bertumpu pada sumber daya alam (SDA).

“Mengandalkan pada SDA juga menciptakan ketidakadilan antargenerasi. Maka, harus digeser ke penguatan SDM untuk memperkuat ekonomi berbasis pengetahuan,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan