Petugas menunjukkan uang dolar Amerika di "cash center" Bank Mandiri, Jakarta, Senin (4/1). Dolar AS menguat di awal tahun 2016, sementara rupiah ditutup mendekati Rp14.000 pada hari pertama perdagangan. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/foc/16.

Jakarta, Aktual.com — Setelah kemarin ditutup melemah di level Rp13641 per dollar AS, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD pada transaksi hari ini diproyeksikan masih akan melanjutkan tren depresiasinya.

Hal ini terjadi setelah sinyal kepastian bank sentral AS, The Fed untuk menaikkan suku bunganya telah membuat USD perkasa di pasar spot valuta asing.

“Kembali munculnya sentimen dari The Fed dan melemahnya yen dapat berimbas pada laju rupiah,” tegas analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam analisis hariannya, Selasa (31/5).

Saat ini, kata dia, para pelaku pasar sudah mulai melihat adanya sinyal kepastian bagi The Fed untuk menaikkan suku bunganya. Hal ini telah membuat laju dollar AS mengalami penguatan, sehingga berimbas negatif terhadap sejumlah mata uang, termasuk rupiah.

“Dengan kondisi demikian, maka pelaku pasar tetap harus waspada tinggi, pasalnya akan berdampak pada lanjutan pelemahan rupiah,” terangnya.

Untuk itu, Reza memproyeksikan, saat ini support rupiah akan berada pada level Rp13.645, sedangkan target resisten terdekat di level Rp13.630.

“Namun, tetap cermati sentimen yang ada terhadap laju rupiah tersebut,” tandas Reza.

Di sisi lain, lanjut dia, penguatan dollar AS juga didukung oleh pelemahan yen, setelah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe akan menunda kebijakan pajak penjualan hingga beberapa tahun ke depan.

“Terlihat, para pelaku pasar tidak mau ketinggalan untuk melakukan aksi beli terhadap dollar AS, seiring The Fed yang kembali membuka sinyal terkait peningkatan suku bunga secara bertahap itu,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka