Jakarta, Aktual.co — Dolar Amerika Serikat terus menguat terhadap mayoritas mata uang di dunia. Penguatan dolar terjadi setelah Presiden Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB), Mario Draghi, mengisyaratkan akan ada pembelian obligasi pemerintah.
Akhirnya, dolar menjadi pilihan utama investasi lindung nilai yang aman (safe haven), sehingga membuat permintaan mata uang greenback meningkat tajam. Tak ayal, pada pukul 11.30 WIB, rupiah diperdagangkan melemah 121 poin (0,96 persen) pada level Rp 12.666 per dolar. Pelemahan ini juga dialami oleh mata uang regional lain. Ringgit Malaysia jatuh 0,71 persen ke level 3,5415 per dolar, sementara won Korea Selatan terkoreksi 0,67 persen di level 1.110,85 per dolar.
Menurut ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, pelemahan rupiah memang disebabkan tren penguatan dolar yang merespons prospek kebijakan pembelian obligasi ECB dan ketidakpastian politik di Yunani. Euro yang melemah selama hampir sembilan tahun terakhir ke level 1,1941 per dolar, membuat minat mayoritas investor kembali beralih pada dolar. “Prospek obligasi ECB dan potensi ketidakstabilan di zona Euro membawa penguatan tajam dolar,” kata dia.
Namun demikian, rupiah masih tertekan kenaikan inflasi Desember 2014 sebesar 2,46 persen dan defisit neraca perdagangan November yang berjumlah US$ 426 miliar. Defisit tersebut membangun ekspektasi bakal tingginya peningkatan permintaan dolar di pasar domestik dalam jangka pendek.
















