Jakarta, Aktual.co — PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) akan menerbitkan surat utang atau obligasi berkelanjutan tahap II sebanyak-banyaknya sebesar Rp400 miliar untuk mendukung bisnis perseroan menyusul peluang industri pariwisata akan positif ke depan.
“Industri pariwisata sedang mendapatkan momentum pertumbuhan dengan segala peluang dan tantangan yang ada, tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan 15-20 persen,” ujar Direktur Utama Panorama Sentrawisata Tbk Budi Tirtawisata di Jakarta, Selasa (21/4).
Ia mengemukakan bahwa sebesar 40 persen dari dana obligasi itu akan digunakan untuk pengadaan hotel, 10 persen untuk pembiayaan kembali atau “refinancing” utang bank, dan sisanya untuk keperluan modal kerja.
“Tahun 2015 perseroan akan berfokus pada pengadaan hotel di Jawa-Bali, penguatan e-commerce di sektor ‘travel and leisure’ dan peningkatan jumlah event serta perluasan pangsa pasar,” katanya.
Tercatat pada 2014, Panorama berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp1,9 trilun atau naik sekitar 15 persen dibandingkan dengan pencapaian pada tahun sebelumnya Rp1,6 triliun. Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan pada tahun 2014 sebesar Rp45,5 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun sbelumnya Rp39,26 miliar.
Sementara itu, Managing Director Mandiri Sekuritas Iman Rachman selaku penjamin emisi obligasi Panorama Sentrawisata mengatakan bahwa tingkat imbalan atau kupon obligasi berkelanjutan tahap II yang ditawarkan itu sebesar 11 persen per tahun dengan tenor ditetapkan selama tiga tahun.
“Obligasi Panorama menarik karena menawarkan suku bunga yang kompetitif juga didukung oleh kondisi keuangan yang stabil serta industri pariwisata yang sedang berkembang pesat. Dengan begitu, saya rasa investor akan bergairah untuk menyerap obligasi Panorama,” ujarnya.
Menurut dia, secara umum minat investor terhadap surat utang masih tinggi karena kupon yang ditawarkan cukup tinggi, itu merupakan salah satu langkah antisipasi emiten dalam memperebutkan dana investor.
“Sampai hari ini ‘demand’-nya dapat, paling tidak sampai semester I tahun ini pasar obligasi di Indonesia lebih tinggi,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka
















