Yogyakarta, Aktual.com — Kelompok mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta membuat dan mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) jenis biodiesel dari minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah.

“Biodiesel dari minyak jelantah itu memiliki kualitas tinggi karena kandungan airnya rendah yakni kurang dari satu persen,” kata koordinator kelompok mahasiswa UII Kharis Pratama di Yogyakarta, Senin (19/10).

Menurut dia, Indonesia termasuk negara yang konsumsi minyak gorengnya tinggi karena hampir semua jenis makanan diproses dengan memakai minyak goreng. Banyak minyak jelantah sisa produksi yang dapat dimanfaatkan untuk membuat biodiesel.

Berdasarkan data yang ada, kata dia, rata-rata konsumsi minyak goreng sawit di Indonesia setiap tahun mencapai 5,5 juta ton atau 24 persen dari total produksi minyak goreng sawit per tahun sebesar 23 juta ton.

“Oleh karena itu, saya bersama empat rekan yakni Muhammad Idris, Yudi Antono, Jumardin Rua, dan Hikmat Ramdhani mencari metode yang tepat untuk memproses minyak jelantah menjadi biodiesel,” katanya.

Menurut dia, hal itu tidak mudah karena dengan metode yang biasa kendalanya biodiesel masih memiliki kadar air yang tinggi sehingga kurang berkualitas.

“Setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing, kami baru menemukan metode yang tepat yakni dengan memanfaatkan reaksi transesterifikasi untuk mengkonversi minyak jelantah,” katanya.

Ia mengatakan proses konversi dilakukan dengan cara memberikan aliran listrik (elektrolisis) ke dalam larutan minyak jelantah dengan variasi waktu tertentu.

Elektroda atau batang logam yang digunakan untuk mengaliri listrik telah dilumuri dengan larutan khusus yang disebut kitosan gel.

“Reaksi transesterifikasi selama elektrolisis mengubah minyak jelantah ke dalam dua lapisan, yang berwarna coklat merupakan lapisan gliserol, sedangkan lapisan atas yang berwarna kuning keruh merupakan lapisan biodiesel,” katanya.

Menurut dia, tahap akhir dari proses itu adalah mencuci lapisan biodiesel dari residu hingga menghasilkan biodiesel murni yang siap pakai.

“Kami optimistis hasil penelitian tersebut akan membawa kontribusi positif dalam pengembangan bahan bakar alternatif di Indonesia,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan