Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto (kiri) bersama Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi (tengah) dan Bupati Indramayu Anna Sophanah (kanan) menghadiri Temu Kader Golkar di Indramayu, Jawa Barat, Jumat (29/7). Setya Novanto menemui Kader Partai Golkar untuk memberikan semangat dalam mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/aww/16.

Purwakarta, Aktual.com – Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat telah membiasakan para pelajar yang beragama Islam untuk melaksanakan Shalat Dhuha setiap pagi, sebagai pengembangan konsep pendidikan berkarakter di daerah tersebut.

“Kewajiban melaksanakan shalat dhuha bagi pelajar itu sudah diberlakukan sejak tahun 2008,” kata Bupati Dedi Mulyadi di Purwakarta, Senin (31/10).

Politikus Partai Golkar itu mengungkapkan, upaya membiasakan shalat dhuha bagi seluruh pelajar yang beragama Islam di seluruh sekolah itu diatur dan tercantum dalam konsep pendidikan berkarakter. Sebelum jam pelajaran dimulai, para pelajar di Purwakarta terlebih dahulu melaksanakan shalat dhuha dengan bimbingan gurunya masing-masing di sekolah setempat.

Dalam konsep pendidikan berkarakter, para pelajar wajib datang ke sekolah pada pukul 06.00 WIB. Di sekolah para pelajar diharuskan melaksanakan tadarus Al Quran selama 15 menit yang dilanjutkan dengan membersihkan kelas selama 15 menit.

Kemudian, para pelajar dibimbing oleh gurunya masing-masing untuk bersama-sama melaksanakan shalat dhuha. Ketua DPD Golkar Jabar itu mengatakan, di antara alasan dikeluarkannya kebijakan pembiasaan shalat dhuha tersebut karena dalam kaidah keilmuan terdapat dua unsur utama yang tidak bisa dipisahkan.

Unsur pertama ialah kaidah ilmu yang diperoleh secara material melalui perantara guru, alat peraga mata pelajaran, dan metoda klasikal yang selama ini dijalankan. Selanjutnya unsur yang kedua ialah, kaidah ilmu yang diperoleh secara spiritual melalui proses transendensi yang dijalani oleh pelajar di sekolah, sehingga melahirkan transformasi energi dalam ruang batin para pelajar.

“Kalau dua unsur ini tidak dilakukan, nalar spiritual anak-anak kita tidak akan pernah bisa terasah. Kelemahan sistem pendidikan kita ini kan tidak aplikatif, jadi cara ini kami tempuh agar pelajar mampu menangkap pelajaran dalam suasana kebatinan yang nyaman,” kata dia.

Pembiasaan shalat dhuha yang dimulai pada pukul 06.30 WIB itu dinilai memiliki nilai kerja keras, karena dilakukan saat menyongsong matahari. Dia meyakini rezeki berupa ilmu akan diperoleh para pelajar Purwakarta jika konsisten menjalankan shalat dhuha.

“Sesuai dengan konsisten, karena dari rezeki ilmu itu kelak kita peroleh rezeki material. Bagi pelajar nonmuslim, tentu ada ruang untuk itu. Jadi silakan pelajar nonmuslim menjadikan pagi hari sebagai ruang kontemplatif agar diri kita siap menerima pelajaran,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Wisnu