Nusa Dua, Aktual.com – Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hamid Muhammad, mengatakan bahwa sains dapat menyatukan perbedaan yang ada di tengah masyarakat.
“Melalui sains, berbagai perbedaan dapat disatukan. Contohnya peneliti dari berbagai negara dengan latar belakang dan budaya berbeda berkolaborasi melakukan riset bersama,” katanya usai membuka ‘International Junior Science Olympiad’ (IJSO) ke-13 di Nusa Dua Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (3/12).
Disampaikan, banyak ilmuwan yang berasal dari negara yang berbeda tapi bersatu dalam budaya global sains. Dicontohkan bagaimana ilmu pengetahuan membawa sudut pandang yang berbeda, seperti seorang mahasiswa pascasarjana dari Kroasia berusia 21 tahun berkolaborasi dengan peneliti dari Indonesia yang berusia 41 tahun.
Berikut peneliti asal Korea yang berusia 35 tahun dengan peneliti asal Indonesia. Hal itu memiliki perspektif yang berbeda pada manfaat ilmu sains.
Hamid percaya jika IJSO tidak hanya sebagai ajang kolaborasi bagi anak-anak dalam bidang pengetahuan tetapi juga kolaborasi seni dan budaya. IJSO 2016 merupakan kompetisi tahunan bidang ilmu pengetahuan alam (sains) yang diikuti 48 negara.
Kamboja sebenarnya ditunjuk sebagai tuan rumah IJSO 2016 namun mengundurkan diri. Indonesia melalui Kemendikbud menyatakan siap menjadi tuan rumah IJSO ke-13.
Tujuan IJSO sendiri adalah untuk mempromosikan dan dalam memberikan pendidikan dalam berusaha, serta mempererat persahabatan siswa di dunia sejak usia dini.
“Juga meningkatkan minat aktif siswa, karir mereka sebagai ilmuwan,” kata Direktur Pembinaan SMP Ditjen Dikdasmen Kemdikbud, Supriano. (Ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan