Konferensi pers penguatan kehumasan dan sinergi dengan media yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, di Lampung, Kamis (6/11/2025). ANTARA/Asep Firmansyah
Konferensi pers penguatan kehumasan dan sinergi dengan media yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, di Lampung, Kamis (6/11/2025). ANTARA/Asep Firmansyah

Jakarta, aktual.com – Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Arskal Salim menegaskan pelaksanaan Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) menjadi ajang penting dalam mendorong madrasah menjadi lumbung pencetak calon saintis muda.

“Melalui OMI, kita ingin menunjukkan bahwa madrasah memiliki banyak talenta yang berpotensi menjadi saintis di masa depan. Ini merupakan proses penemuan bibit unggul yang diharapkan bisa terus berkembang,” kata Arskal di Lampung, Kamis (6/11).

OMI 2025 adalah olimpiade yang sebelumnya bernama Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang berlangsung sejak 2012, dan Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) yang dimulai pada 2018. OMI 2025 mengusung tema “Islam dan Teknologi Digital: Inovasi Sains Untuk Generasi Indonesia Maju dan Berdaya Saing Global”.

Kegiatan tersebut akan diselenggarakan pada 10 hingga 13 November 2025 di Kota Tangerang, Provinsi Banten.

Ia menjelaskan OMI tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana pembinaan berkelanjutan bagi siswa madrasah untuk mengembangkan minatnya di bidang sains dan teknologi.

Menurut Arskal, Kemenag berharap OMI dapat memperkuat semangat generasi muda madrasah untuk berkontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia.

“Kita berharap suatu saat lahir pemenang Nobel dari Indonesia yang berasal dari madrasah,” katanya.

Ia mengatakan peserta OMI berasal dari berbagai provinsi, termasuk madrasah-madrasah unggulan seperti MAN Insan Cendekia dan MAN model di kota-kota besar.

“Kita harapkan setiap provinsi mengirimkan wakil terbaiknya. Nanti yang lolos adalah mereka yang telah melewati seleksi ketat,” ujarnya.

Arskal juga mengungkapkan Kemenag tengah menjajaki pemberian beasiswa bagi para pemenang OMI sebagai bentuk apresiasi dan dukungan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Beasiswa ini penting agar para juara bisa melanjutkan kuliah sesuai bidang minat dan bakatnya, tanpa terkendala kondisi ekonomi,” kata Arskal.

Ia berharap kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dapat terus diperluas untuk mengakomodasi pengembangan para talenta muda madrasah tersebut.

“Intinya, kami ingin memastikan bahwa anak-anak madrasah yang berprestasi memiliki masa depan yang terjamin dan bisa terus berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia,” kata Arskal.

Selain OMI, Ditjen Pendidikan Islam juga telah menggelar berbagai ajang pengembangan kompetensi seperti kompetisi robotika.

Menurut Arskal, hal itu membuktikan lembaga pendidikan keagamaan di bawah Kemenag tidak hanya fokus pada bidang agama, tetapi juga bidang sains dan teknologi.

“Seluruh kegiatan ini memperlihatkan bahwa madrasah punya kontribusi besar bagi bangsa, terutama dalam mempersiapkan generasi muda yang religius sekaligus berilmu,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain