Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat yang juga Petugas Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 1445 Hijriah/2024, Ajam Mustajam. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Bandung, aktual.com – Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Barat yang juga Petugas Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 1445 Hijriah/2024, Ajam Mustajam mengatakan jamaah haji pada tahun ini tak menggunakan Mina Jadid di Armuzna, tidak menyalahi syariat.

“Terobosan atau inovasi yang spektakuler, terutama di Armuzna, yaitu dengan tidak menggunakan mina jadid sebagai tenda jamaah haji Indonesia, secara syariat, tidak bertentangan dengan syarat sahnya ibadah haji,” kata Ajam dalam keterangan di Bandung, Senin (24/6).

Alasan lainnya terkait inovasi operasional ibadah haji tahun 2024 lewat kebijakan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dalam aspek teknis bertujuan mempercepat proses dan memberi kenyamanan jamaah haji.

“Tujuannya mempercepat, mempermudah, dan memberikan kenyamanan serta keamanan bagi jamaah haji,” ujar Ajam.

Lebih lanjut Ajam mengatakan penempatan jamaah haji Indonesia di Mina untuk musim haji tahun 1445 Hijriah/2024 ada perubahan lokasi yaitu maktab 1 sampai 9 dengan jumlah jamaah kurang lebih 27.000 orang selama ini maktab tersebut ditempatkan di wilayah Mina Jadid, kini direlokasi ke wilayah Muaishim.

Keuntungan dari relokasi ini, lanjut dia, jamaah haji Indonesia tidak terlalu jauh dengan Jamarat, dengan harapan bisa menambah kenyamanan jamaah, terutama lansia.

“Apabila ada orang yang mengatakan tidak menggunakan Mina Jadid membuat kepadatan jamaah dan antrean toilet yang panjang, saya sebagai Tim Monitoring dan Evaluasi tidak melihat demikian. Karena jika tidak ada tambahan kuota 20.000 saja, tingkat kepadatan tenda dan antrean toilet tetap saja panjang, bahkan tidak kurang dari sekarang, baik yang ada di wilayah Mina Jadid maupun di Muaishim,” ucap Ajam.

Selain itu, kata dia, ada inovasi lain dalam ibadah haji tahun ini yaitu skema Murur di Muzdalifah. Murur adalah bermalam dengan cara melintas, setelah melakukan wukuf di Arafah, dimana jamaah tetap berada di dalam bus saat melewati Muzdalifah tanpa turun, kemudian bus membawa mereka langsung menuju tenda di Mina.

“Dengan skema Murur ini, Alhamdulillah berjalan sukses dan sangat membantu jamaah yang udzur, sehingga jamaah yang udzur dapat melaksanakan prosesi haji tanpa menambah kepadatan di Muzdalifah,” ujar Ajam.

Hal itu tidak lepas dari kerja sama dengan pihak Mashariq Motawif Pilgrims for Southeast Asian Countries Co, sebuah perusahaan swasta yang menyediakan paket haji dan umrah.

“Mashariq merupakan pihak yang menyediakan fasilitas di Armuzna. Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan pendukung kelancaran pelaksanaan ibadah haji yang dimulai dari layanan administrasi jamaah (kartu Nusuk), akomodasi yang layak, transportasi yang aman, hingga layanan konsumsi,” ujar Ajam.

Ia mengatakan kelancaran operasional ibadah haji tahun ini dituangkan dalam inovasi teknologi Kemenag yaitu Aplikasi Kawal Haji. Kemenag, lanjutnya, selalu mengedepankan kelengkapan fasilitas untuk kenyamanan jamaah dan kekhusyukan ibadah haji, mulai dari penginapan, makanan, transportasi, hingga fasilitas umum lainnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain