Jakarta, Aktual.com – Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan minat mahasiswa masuk ke jurusan/prodi tentang perzakatan masih minim, padahal potensi yang dihasilkan begitu besar dalam pemberdayaan masyarakat.
“Seharusnya prodi tentang zakat itu menjadi prodi primadona anak negeri. Idealnya jurusan atau prodi zakat di Indonesia menjadi prodi idaman, karena potensi zakat begitu besar, ” ujar Kamaruddin dalam Rapat Koordinasi Nasional Baznas di Jakarta, Rabu (24/8).
Kamaruddin mengatakan minimnya daya tarik peserta didik masuk ke jurusan zakat salah satunya karena faktor literasi yang masih rendah tentang zakat.
Padahal, zakat merupakan instrumen yang kokoh karena telah memiliki Undang-Undang, lembaga zakat, dan regulasi yang lengkap.
Selain mahasiswa, Kamaruddin juga menyoroti belum banyak perguruan tinggi yang membuka prodi zakat. Saat ini tercatat hanya 18 perguruan tinggi yang sudah memiliki prodi perzakatan. Kondisi tersebut membuat pengenalan akan pentingnya zakat menjadi tersendat.
Menurut Dia, penerapan prodi manajemen zakat dan wakaf merupakan salah satu amanat undang-undang untuk mewujudkan tata kelola zakat dan wakaf secara profesional.
“Ini tantangan kita bagaimana membuat zakat menjadi sebuah profesi yang menarik bahkan diidolakan anak-anak kita. Salah satu penyebabnya menurut saya adalah literasi masyarakat tentang zakat ini masih rendah,” kata dia.
Ia yakin apabila banyak perguruan tinggi membuka prodi zakat yang diikuti minat mahasiswa yang tinggi, maka akan melahirkan para penggerak zakat demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
“Seharusnya karena ekosistem sudah begitu lengkap, sudah kokoh, literasi dan partisipasi masyarakat sudah sangat tinggi sekali. Tetapi kalau kita melihat perguruan tinggi yang membuka jurusan zakat itu masih sangat terbatas,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
As'ad Syamsul Abidin