Jakarta, Aktual.com – Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof Nizam mengatakan pemerintah menyiapkan kebijakan pendidikan kedokteran pada era “new normal” atau normal baru.
“Menyambut era kenormalan baru, Kemendikbud telah mengeluarkan Surat Edaran mengenai kebijakan penyelengaraan pendidikan tinggi di era kenormalan baru. Salah satunya kebijakan kenormalan baru pendidikan kedokteran yang selama ini dilakukan dan diterima secara fisik di laboratorium, sekarang bisa dilakukan secara virtual reality (VR) untuk memberikan pengalaman praktik,” ujar Nizam dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad.
Nizam mengapresiasi peningkatan produktivitas pada lini kedokteran dan kesehatan, yang mana publikasi ilmiah mengalami peningkatan secara signifikan.
“Saya sangat bangga dan apresiasi kolaborasi dosen dan mahasiswa lintas keilmuan telah menghasilkan berbagai produk kesehatan untuk memerangi COVID-19 seperti Test Kit, UV sterilisasi, robot ners, Swab Chamber, dan produk kesehatan lainnya,” kata dia.
Nizam menjelaskan pola pendidikan yang berjalan saat ini merupakan pendidikan yang sudah berjalan sejak abad pertengahan, yang kemudian bertransformasi menjadi pendidikan pada abad industri dan menuju pendidikan 4.0 guna memberikan ruang pembelajaran yang luas bagi mahasiswa.
Ia juga menuturkan 20 tahun yang lalu pendidikan di Indonesia pernah mendorong perguruan tinggi untuk menjalankan pembelajaran secara daring seperti saat ini, namun gagal direalisasikan.
“Transformasi pendidikan yang terjadi belakangan ini sungguh sangat luar biasa. Virus COVID-19 memaksa untuk seluruh aktivitas pembelajaran perguruan tinggi dilakukan secara daring,” tambah Nizam.
Tranformasi tersebut perlu mendapatkan beberapa dukungan dan perubahan, seperti membangun literasi baru seperti literasi data, literasi teknologi, literasi manusia, dan pembelajaran berbasis pengalaman.
Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan manusia pada abad industri 4.0. Hasilnya, manusia akan mengalami peningkatan pada aspek kreatif, kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kasih sayang.
Sebelumnya, Kemendikbud melibatkan mahasiswa kedokteran dalam penanganan COVID-19 dengan program relawan COVID-19. Melalui program itu mahasiswa dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan mendapatkan penilaian capaian pembelajaran yang bisa di konversi ke dalam SKS atau stase rotasi klinik.
“Program relawan ini perlu dukungan dari AIPKI wilayah untuk berkoordinasi dengan tim gugus tugas wilayah dan dinas kesehatan dalam menjaring masyarakat yang perlu pendampingan relawan,” kata Dirjen Dikti Kemendikbud Prof Nizam.(Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Warto'i