Jakarta, Aktual.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI menggarisbawahi pentingnya siswa mengelola emosi mereka untuk menjaga kesehatan mental di tengah meningkatnya kasus perundungan (bullying) dan tekanan untuk mencapai prestasi di sekolah.
“Kondisi mental yang menurun dapat membuat pembelajaran menjadi tidak menyenangkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi peserta didik memiliki kemampuan mengelola emosi untuk menjaga kesehatan mental mereka masing-masing,” ujar Rusprita Putri Utami Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek.
Rusprita menyoroti bahwa masalah kekerasan, termasuk intimidasi, diskriminasi, kekerasan seksual, dan perundungan, masih menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan, dan hal ini berdampak negatif pada kesehatan mental siswa.
Survei yang dilakukan oleh Indonesia National Adolescent Mental Health Survey pada tahun 2022 menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental.
Asep Zulhijar, Child Protection Officer UNICEF Indonesia, menjelaskan bahwa pada usia sembilan hingga 14 tahun, remaja mengalami perubahan psikis dan biologis yang tinggi serta kecenderungan untuk mengeksplorasi dan mengambil risiko yang tinggi.
Oleh karena itu, pendidikan mengenai pengelolaan emosi menjadi sangat penting.
Asep mengatakan bahwa peserta didik harus mencapai keseimbangan dan mampu mengenali diri mereka sendiri, sehingga mereka dapat mengelola emosi mereka dengan baik.
Cut Vahnas Setya Martha, perwakil Pemuda Aceh, memberikan tips untuk menjaga kesehatan mental, seperti menjauhi lingkungan pertemanan yang beracun dan aktif dalam kegiatan positif dan bermanfaat.
Dia juga menekankan pentingnya berbicara dengan orang-orang yang dapat diandalkan jika mengalami masalah mental.
Psikolog Anak Grace Eugenia Sameve menambahkan bahwa kesehatan mental yang baik bukan berarti tidak pernah mengalami stres.
Sebaliknya, kesehatan mental yang baik adalah ketika seseorang mampu menghadapi stres dan mengeluarkan potensi optimal mereka.
Artikel ini ditulis oleh:
Firgi Erliansyah