Jakarta, Aktual.com – Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bersama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Alor berhasil melaksanakan Program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) guna menginventarisasi dan mendokumentasikan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) di Alor, NTT.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, mengatakan hadirnya kebudayaan di sebuah wilayah memegang peranan penting dalam mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan.
“Pangan lokal bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan, tetapi juga soal identitas dan kebanggaan. Dengan memahami dan memanfaatkan bahan pangan lokal, kita sebenarnya sedang memperkuat kedaulatan pangan kita,” kata Hilmar melalui keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (14/9).
Dalam program ini, setidaknya sebanyak 10 OPK tercatat keberadaannya dan telah melalui tahap kurasi. Hasil temukenali juga telah mencatat secara total sebanyak 582 data terkait OPK di Kabupaten Alor.
Data tersebut mencakup berbagai aspek kebudayaan, antara lain manuskrip tentang sejarah, tradisi lisan, pengetahuan tradisional, pangan lokal, permainan tradisional, teknologi tradisional, bahasa, dan pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan sistem pangan lokal.
Berdasarkan hasil program temukenali SLKL, kata dia, disimpulkan bahwa pangan lokal adalah sebuah identitas dan sekaligus budaya masyarakat di Kabupaten Alor.
Tidak hanya masyarakat lokal yang menjadi target program SLKL, kegiatan ini juga menargetkan generasi muda, salah satunya siswa-siswi sekolah dasar. Siswa kelas 5 dan 6 SDN Hombol, Kabupaten Alor, mendapat pengenalan dan pembelajaran tentang makanan sehat berbasis pangan lokal melalui kegiatan makan sehat pangan lokal.
Kegiatan makan sehat pangan lokal ini juga dihadiri oleh Pj Gubernur NTT, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Pj Bupati Alor, dan serta kepala dinas terkait.
Para siswa mengikuti makan bersama dengan berbagai sajian makanan lokal, yang diharapkan dapat membangkitkan kebanggaan mereka terhadap kekayaan pangan lokal. Hal ini penting bagi generasi muda untuk memahami bahwa kedaulatan pangan bukan hanya tentang produksi dan konsumsi, tetapi juga tentang menjaga identitas.
“Ketika mereka bangga dengan kekayaan pangan lokal dan mampu memanfaatkannya dengan bijak, kita bukan hanya menjaga ekosistem, tetapi juga membangun kemandirian yang berkelanjutan untuk masa depan,” ucap Hilmar.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan