Jakarta, Aktual.com — Plt Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan, Tritarayati mengatakan, bahwa hasil evaluasi tim review menunjukkan alat terapi kanker “Electro-Capacitive Cancer Therapy” (ECCT) yang dikembangkan Warsito Purwo Taruno belum dapat disimpulkan keamanan dan manfaatnya.
Tim review tersebut terdiri dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
“Penelitian ECCT akan dilanjutkan sesuai dengan kaedah pengembangan alat kesehatan sesuai standar,” kata Tritarayati dalam konferensi pers terkait dengan riset klinik Edwar Technologi milik Warsito di kantor Kemenkes, Jakarta, Rabu (03/02).
Menurut Tritarayati, penelitian tersebut akan dikembangkan melalui “pipeline” pengembangan alat ECCT per-jenis kanker.
“Mulai dari pra-klinik sampai dengan klinik sesuai dengan kaedah cara uji klinik yang baik dengan difasilitasi dan disupervisi oleh Kemenkes dan Kemenristekdikti,” ucap Tritarayati yang juga Staf Ahli Menkes Bidang Medikolegal itu.
Sejak Desember 2015, Klinik Edwar Technology tidak menerima pasien baru untuk ditangani, namun pasien lama diperbolehkan untuk berkonsultasi.
Sementara itu, sang penemu alat ECCT dan ECTV dan pemilik klinik Edward Tech, Warsito Purwo Taruno mengatakan pendampingan dan pengawalan dari Kemenkes ini sudah sepatutnya dijalankan.
“Pendampingan dari dokter kami anggap sesuatu yang perlu (dilakukan) sejak awal dan memang sudah kami ajukan. Kami menerima semua yang menjadi arahan Kemenkes,” kata lulusan pendidikan doktoral Teknik Elektro Shizouka University Jepang tersebut.
Sebelumnya pada awal Desember 2015, Warsito dan Kemenkes bertemu membicarakan kelanjutan nota kesepakatan bersama tentang penelitian teknologi ECCT dan ECVT.
Salah satu kesepakatan yang diambil kedua belah pihak adalah Kemenkes akan melakukan peninjauan penelitian selama sebulan yang mencakup evaluasi penelitian ‘in vitro dan in vivo’.
Kemenristekdikti juga telah melakukan serangkaian aksi mediasi berupa pertemuan dan diskusi dengan pihak terkait, seperti Balitbang Kemenkes, Fakultas Kedokteran di beberapa universitas, peneliti dan masyarakat penderita kanker.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara