Jakarta, Aktual.com – Kementerian Kesehatan tetap memantau jamaah haji yang masih dirawat sebagai pasien di Rumah Sakit Arab Saudi meski masa tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah berakhir.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (26/9), Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenkes, Untung Suseno Sutarjo mengunjungi pasien jamaah haji Indonesia yang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi King Fahad Hospital.

Masa tugas PPIH sendiri di Arab Saudi berakhir pada hari ini, 26 September, di mana tenaga kesehatan akan pulang ke Indonesia. Sekjen Kemenkes menegaskan bahwa pasien yang ada di RSAS akan menjadi kewenangan Konsul Jenderal.

Meski demikian, Kemenkes RI akan kembali mengirimkan enam orang dokter ke Arab Saudi untuk memantau kesehatan jamaah haji yang masih dirawat.

“Mereka (enam dokter) akan melihat pasiennya, melihat kemajuan dari pengobatan dan berkomunikasi dengan dokter yang merawat pasien sehingga pengobatan dapat diberikan dengan baik,” kata Untung.

Kepada pihak keluarga pasien, Untung meminta agar sedikit bersabar. Selain itu, ia juga memastikan bahwa semua pasien ditangani dengan baik.

“Insya Allah kalau memang diberikan kesembuhan oleh Allah maka dapat kita kembali ke Indonesia dan tadi ada satu pasien yang dapat dipulangkan ke Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat kesehatan Haji Eka Jusup Singka menegaskan bahwa apa yang dilakukan terhadap para pasien yang masih dirawat ini merupakan komitmen dalam pelayanan kesehatan haji.

“Ini semua sebagai wujud nyata bahwa Kemenkes RI berkomitmen dalam mendukung penyelenggaraan haji,” tegas Eka.

Sampai dengan 23 September 2018, jumlah jamaah haji yang dirawat di RSAS di Madinah berjumlah 35 orang. Pasien WNI dirawat di enam RS, yaitu delapan pasien di RS King Fahad, 15 pasien di RS AL-Ansar, dua pasien di RS Al-Dar, enam pasien di RS Uhud, satu pasien di RS Sulaiman, dan empat pasien di Mowassat.

Untung menyatakan bahwa jamaah haji yang dirawat di rumah sakit Arab Saudi telah dirawat dengan baik dan sedikit terkendala dalam bahasa.

“Memang ada kesulitan bahasa. Oleh karena itu dari KKHI menyediakan penerjemah yang datang setiap hari untuk memberikan informasi kepada dokter dan perawat sehingga pasien dapat ditangani dengan baik,” tutup Untung.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan