Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami surplus mengawali tahun 2022. Surplus tersebut mencapai Rp 28,9 triliun pada Januari 2022.

Dalam pemaparannya ia menjelaskan, capaian surplus membuat APBN mengalami perbaikan hingga 163,5 persen. Sebab pada Januari 2021 lalu, APBN tercatat defisit Rp 45,5 triliun atau 0,27 persen dari PDB RI.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami surplus mengawali tahun 2022. Surplus tersebut mencapai Rp 28,9 triliun pada Januari 2022.

“Bulan Januari APBN kita mengalami surplus dari keseimbangan primer maupun surplus secara total. Jadi ini pembalikan yang luar biasa dan ini defisit yang cukup tinggi karena waktu Januari 2021 tentu kenaikan defisit mencapai 30 persen,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (22/2)

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, surplus terjadi lantaran belanja negara lebih kecil dibanding pendapatan negara yang terkumpul pada Januari 2021.

Dengan adanya surplus, pembiayaan APBN pun mengalami kontraksi hingga 101,8 persen dari target Rp 868 triliun dalam APBN 2022. Tahun lalu, pembiayaan anggaran bulan Januari sudah tembus Rp 166,6 triliun.

“Ini adalah suatu situasi di mana APBN kita membalik atau mengalami situasi pembalikan yang sangat baik,” sebut Sri Mulyani.

Pendatan Negara

Bendahara negara ini mencatat, pendapatan negara pada Januari 2022 mencapai Rp 156 triliun atau terealisasi 8,5 persen dari target APBN yang sebesar Rp 1.846,1 triliun

Pendapatan negara tumbuh sebesar 54,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan Januari tahun lalu yang masih terkontraksi 4,2 persen atau sebesar Rp 100,7 triliun.

“Kita sudah kumpulkan pendapatan negara Rp 156 triliun atau 8,5 persen dari target APBN tahun 2022. Pendapatan negara tumbuh 54,9 persen, kenaikan yang sangat tinggi. Tahun lalu pendapatan negara masih kontraksi 4,2 persen,” beber Sri Mulyani.

Secara rinci, penerimaan perpajakan sudah mencapai Rp 134 triliun atau 8,9 persen dari target APBN yang sebesar Rp 1.510 triliun. Penerimaan perpajakan ini tumbuh 65,6 persen, lebih tinggi dibanding Januari tahun lalu yang terkontraksi 5,2 persen.

Penerimaan perpajakan ditopang oleh penerimaan pajak serta kepabeanan dan cukai. Pemerintah mencatat, penerimaan pajak mencapai Rp 109,1 triliun atau tumbuh 59,4 persen (yoy). Besarannya mencapai 8,6 persen dari target APBN Rp 1.265 triliun.

Adapun kepabeanan dan cukai mencapai Rp 24,9 triliun atau tumbuh 99,4 persen. Penerimaan negara dari bea dan cukai ini setara 10,2 persen dari target APBN Rp 245 triliun.

“Sementara PNBP sebesar Rp 22 triliun, lebih baik dibanding Januari tahun lalu yang hanya Rp 19,7 triliun atau naik 11,4 persen (yoy). Porsinya sudah mencapai 6,6 persen dari target APBN Rp 335,6 triliun,” jelas Sri Mulyani.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra