Jakarta, Aktual.com – Kementerian Keuangan merilis laporan terbaru yang menyoroti kinerja ekonomi Indonesia yang terus menunjukkan kestabilan di tengah meningkatnya risiko dan perlambatan ekonomi global.
Meskipun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) melambat pada kuartal III-2023 menjadi 4,94 persen (year-on-year/yoy), capaian tersebut tetap menggambarkan ketahanan perekonomian Indonesia.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah tantangan global.
Hal ini menunjukkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berhasil menjalankan peran pentingnya sebagai stabilisator dan alat pelindung yang efektif untuk melindungi masyarakat.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat tumbuh 5,1 persen yoy pada triwulan III-2023, didukung oleh daya beli yang tetap terjaga dan inflasi yang terkendali.
Kementerian Keuangan terus berupaya mengoptimalkan APBN untuk memberikan bantuan pangan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan memperkuat distribusi pasokan pangan.
Koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga.
Meskipun konsumsi pemerintah mengalami kontraksi akibat pergeseran pembayaran gaji ke-13, diharapkan realisasi konsumsi pemerintah memiliki dampak positif yang lebih tinggi terhadap perekonomian.
Investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 5,8 persen yoy, didorong oleh konstruksi dan penjualan semen domestik yang kuat.
Pertumbuhan belanja modal pemerintah yang signifikan juga turut mendorong pertumbuhan sektor pembangunan barang modal.
Konektivitas yang semakin maju dan stabilitas ekonomi dalam negeri memperkuat keyakinan pelaku usaha untuk berinvestasi.
Meskipun ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi akibat pelemahan permintaan global, pertumbuhan ekspor produk hilirisasi seperti besi baja dan nikel menunjukkan performa yang kuat.
Kemajuan dalam hilirisasi sumber daya alam (SDA) diharapkan akan terus meningkatkan daya saing ekspor Indonesia dan memperkuat posisinya dalam perdagangan internasional.
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan juga memberikan dampak positif pada ketenagakerjaan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus menurun hingga mencapai level 5,32 persen pada Agustus 2023, dari 5,86 persen pada Agustus 2022.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) juga meningkat menjadi level tertinggi sejak 1986, mencapai 69,48 persen, khususnya untuk perempuan, menandakan peningkatan peluang kerja.
Dari segi sektoral, lapangan kerja tercipta di hampir seluruh sektor, dengan sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan menjadi yang paling dominan dengan jumlah tenaga kerja mencapai 61,03 persen dari total pekerja.
Meskipun tren perlambatan global masih berpotensi berlanjut, pemerintah telah merespons dengan meluncurkan berbagai paket kebijakan, termasuk penebalan bantuan sosial untuk mengatasi dampak El Nino, percepatan penyaluran program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di tengah peningkatan suku bunga, serta kebijakan penguatan sektor perumahan.
“Ke depan, APBN akan terus dioptimalkan untuk melindungi masyarakat dan memperkuat pertumbuhan ekonomi,” ungkap Febrio Kacaribu, menekankan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah tantangan global yang terus berlanjut.
Artikel ini ditulis oleh:
Firgi Erliansyah