Jakarta, Aktual.com – Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider H Siahaan memastikan pemerintah sedang menyiapkan penerbitan obligasi syariah berdenominasi dolar AS (sukuk global) pada Maret 2017.
“Sekarang lagi persiapan, paling optimisnya Maret,” kata Scenaider saat ditemui di Jakarta, Senin (27/8).
Scenaider memastikan penerbitan sukuk global tersebut akan dilakukan untuk mendukung pembiayaan pemerintah dalam APBN 2017, dengan mempertimbangkan adanya diversifikasi pasar pembeli obligasi syariah Indonesia.
Diversifikasi ini dilakukan karena Arab Saudi sebagai salah satu pembeli sukuk global Indonesia sedang mengalami defisit anggaran tinggi karena terkena dampak dari turunnya harga minyak dunia dan harus menerbitkan surat utang untuk menutup pembiayaan.
Scenaider belum bisa mengungkapkan secara detail rencana diversifikasi pasar pembeli sukuk global tersebut, namun pembukaan pasar baru itu diantaranya bisa dilakukan di Eropa barat maupun negara skandinavia yang memiliki pendapatan per kapita tinggi.
Selain itu, tambah dia, apabila penerbitan sukuk global tersebut tidak bisa memenuhi target yang ditetapkan, maka pemerintah akan menambah porsi penjualan di Euro Bonds atau Samurai Bonds agar target pembiayaan dalam APBN tetap terpenuhi.
“Sukuk kita lihat hasilnya, nanti kita evaluasi kemana strateginya. Harapan kita sukses (penerbitan) sukuknya. Kalau tidak, terpaksa kita ‘shifting’,” kata Scenaider.
Tahun 2016, pemerintah menerbitkan sukuk global senilai 2,5 miliar dolar AS yaitu seri SNI21 dengan tenor lima tahun dan nominal 750 juta dolar AS serta seri SNI26 dengan tenor 10 tahun dan nominal 1,75 miliar dolar AS pada akhir Maret.
Distribusi wilayah terbesar untuk seri SNI21 adalah di Timur Tengah sebesar 42 persen, Asia selain Indonesia 31 persen, Indonesia 10 persen, Eropa 15 persen dan Amerika 2 persen.
Sedangkan, distribusi wilayah terbesar untuk seri SNI26 adalah di Timur Tengah sebanyak 28 persen, Asia selain Indonesia 25 persen, Eropa 22 persen, Amerika 15 persen dan Indonesia 10 persen.
Untuk penerbitan sukuk global tersebut, pemerintah melakukan roadshow di pusat keuangan syariah seperti London, Jeddah dan Singapura. Transaksi itu mendapat respon yang baik dari investor global dan menghasilkan penawaran hingga 8,6 miliar dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan