Jakarta, Aktual.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berharap pelaku pariwisata tetap bersemangat meningkatkan keterampilan, termasuk soal bahasa, di masa pandemi sehingga bisa lebih siap menyambut para wisatawan mancanegara ke depannya.
“Kami berharap pelaku SDM pariwisata tetap memiliki semangat untuk tetap meningkatkan kemampuan keterampilan, salah satunya yang mendasar adalah bahasa,” kata Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Regional II, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Reza Rahmana Kaloka, dalam webinar, Kamis.
Reza menegaskan pentingnya keahlian bahasa asing untuk para pelaku pariwisata karena mereka harus berinteraksi langsung dan memberikan pelayanan terhadap wisatawan dari berbagai negara. Pihaknya menyambut kerjasama dari berbagai pihak dalam memberikan pelatihan bahasa demi memulihkan pariwisata.
“Ujung-ujungnya bisa meningkatkan kualitas pariwisata Indonesia,” kata dia.
Platform pembelajaran daring Cakap memberikan pelatihan bahasa Inggris kepada lebih dari 70.000 sumber daya manusia di sektor pariwisata dan perhotelan di Indonesia lewat kerjasama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
Cakap telah berkolaborasi dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) melalui program pelatihan bahasa Inggris serta pelatihan keterampilan “hospitality” agar kemampuan SDM sesuai dengan standard internasional yang akan bermanfaat ketika pemerintah memutuskan untuk kembali membuka perbatasan untuk wisatawan mancanegara.
CEO & Co-Founder Cakap, Tomy Yunus, mengatakan kemampuan bahasa Inggris dan keterampilan “hospitality” sangat dibutuhkan untuk pemulihan pariwisata Indonesia pada 2022.
“Kami tergerak untuk berkontribusi bagi pemulihan sektor ini. Dengan tren pariwisata yang berubah dan kebutuhan untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat, kami melihat urgensi kemampuan komunikasi yang baik dari para pelaku sektor pariwisata agar saat pemerintah memutuskan untuk kembali membuka jalur pariwisata, tren pariwisata yang baru serta protokol ini bisa dijalankan dengan baik dan benar.”
Cakap telah ditunjuk sebagai mitra oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memberikan program pendampingan dan pelatihan bahasa asing bagi pelaku sektor pariwisata. Sejak tahun 2020, program yang dilakukan secara digital ini menyasar desa-desa wisata di beberapa wilayah Indonesia.
Bersama BAKTI Kominfo, Cakap membuat pelatihan bahasa Inggris untuk pelaku pariwisata di Indonesia Timur tahun 2021. Tahun lalu, program yang sama juga dilakukan untuk peserta program adalah komunitas lokal 5 Destinasi Super Prioritas.
Sementara itu, kerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berupa kursus bahasa Inggris agar pelaku pariwisata bisa berkomunikasi dan memberikan pelayanan optimal. Kemenparekraf dan Cakap juga memberi pelatihan bahasa Inggris untuk pegiat ekonomi kreatif dari Destinasi Super Prioritas dan kabupaten/kota kreatif. Mereka dibekali kemampuan bahasa Inggris agar mampu menjual produk ke luar negeri atau wisatawan mancanegara.
Budi Aris Letluhur, salah satu peserta program pelatihan, mengungkapkan peran penting pelatihan dalam membangun kapasitas dirinya sebagai pemandu wisata di Maluku.
“Dengan semakin dikenalnya Pulai Kei baik di dalam dan luar negeri, kebutuhan para tour guide untuk berkomunikasi dengan baik semakin menjadi tuntutan. Dan program-program seperti ini menjadi langkah strategis buat kami para pelaku sektor pariwisata di Maluku dan sekitarnya untuk bersiap memulihkan sektor pariwisata”, ungkap Budi.
Ketua Bidang Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) PHRI Alexander Nayoan menambahkan, bukan cuma bahasa Inggris yang menjadi prioritas dalam pengembangan keahlian berbahasa asing. Sebab, ketika perbatasan Indonesia telah dibuka untuk wisatawan asing, belum tentu mereka yang datang pasti berasal dari Eropa.
“Mungkin dari Timur Tengah, bahasa Arab, India atau China daratan,” kata Alex.
Dia menekankan pentingnya keterampilan berbahasa asing untuk pelaku pariwisata yang nantinya bisa berujung kepada naiknya pendapatan. Kemudahan berkomunikasi memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang pada akhirnya bisa mengeluarkan lebih banyak uang selama berwisata.
(Shavna Dewati Setiawan | ANTARA)
Artikel ini ditulis oleh:
Aktual Academy