Solo, Aktual.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang paling terdampak pandemi COVID-19 sehingga harus segera dipulihkan.
“COVID-19 ini memberikan dampak besar terhadap pariwisata, sektor ini yang paling kena dan paling akhir pulihnya,” kata Direktur Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf K Candra Negara pada acara webinar dengan tema “Strategi Jualan Kuliner Pada Era Normal Baru di Kota Surakarta” di Solo, Kamis.
Ia mengatakan lesunya sektor ini memberikan efek domino, salah satunya terhadap sektor kuliner. Padahal, di beberapa daerah khususnya Kota Solo memiliki koleksi kuliner yang khas.
“Seperti tengkleng, timlo, soto. Ini rasanya terbang ke langit dan harganya ‘ambles’ ke bumi,” katanya.
Meski demikian, menurut dia, saat ini sektor kuliner tengah berada pada proses pemulihan. Oleh karena itu, saat ini pihaknya tengah fokus menghidupkan sektor wisata di bawah normal baru, termasuk di dalamnya wisata kuliner.
“Pada normal baru ini yang menjadi perhatian adalah ‘safety’ (keamanan) dan higienis bagi wisatawan. Mau tidak mau harus diakui bahwa pandemi ini mengubah perilaku wisatawan. Mereka tidak lagi mengutamakan ketenangan dan kesenangan tetapi lebih ke kebersihan dan kesehatan,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Frans Teguh mengatakan Kota Solo bukan hanya pusat kebudayaan tetapi juga pusat kuliner.
“Kami ingin Solo tetap eksis di peta dunia pariwisata. Oleh karena itu, pada era normal baru ini kami ingin meyakinkan kembali ke ‘stake holder’, di antaranya dengan berkolaborasi, menata aspek kebersihan, kesehatan, keamanan. Dengan produk yang lebih aman maka akan membuahkan kepercayaan dari kepada publik,” katanya.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta Hasta Gunawan mengakui saat ini sektor pariwisata khususnya kuliner mengalami penurunan. Meski demikian, tidak turun secara drastis.
“Kami terus aktif turun ke lapangan untuk memantau kondisi yang terjadi. Memang ada penurunan tetapi tidak terjun bebas,” katanya.
Meski demikian, dikatakannya, di satu sisi era pandemi COVID-19 ini memberikan dampak buruk bagi kondisi perekonomian tetapi di sisi lain juga memberikan peluang usaha selama tetap kreatif.
“Saat ini sebagian hotel tidak lagi pakai plastik, piring, mika tetapi pakai besek. Otomatis di sini paling tidak melibatkan dua pengrajin, yaitu pengrajin bambu dan kuliner. Inilah kenapa kita harus berkreasi, kalau tidak ya akan menjadi tidak berdaya,” katanya.(Antara)