Jakarta, Aktual.com – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya memacu hilirisasi rumput laut agar semakin beragam produk turunannya dan memiliki nilai tambah besar, serta mendongkrak pangsa pasarnya baik di domestik maupun ekspor.

Dengan demikian diharapkan dapat memberikan dampak yang luas bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat, terutama para petani rumput laut.

“Kami punya tugas untuk terus menggenjot hilirisasi, supaya bahan baku dalam negeri kita semakin tinggi nilai tambahnya dengan berbagai produk turunan yang dihasilkan oleh industri pengolahannya. Melalui aktivitas industri ini, telah berkontribusi nyata terhadap penerimaan devisa dari ekspor produk jadinya,” kata Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika melalui keterangannya di Jakarta, Kamis (4/11).

Produk olahan rumput laut umumnya digunakan oleh industri pangan dan non-pangan. Dalam industri pangan, produk formulasi rumput laut digunakan sebagai bahan tambahan pangan pada bakso, nugget, sirup, es krim, yogurt, jus, dan jeli. Pada industri non-pangan, rumput laut dapat digunakan untuk produksi cat, tekstil, pasta gigi, kosmetik seperti lotion, sabun, dan sampo.

Terkait upaya mendorong hilirisasi industri pengolahan rumput laut, beberapa waktu lalu Plt Dirjen Industri Agro beserta jajarannya mengunjungi PT Hydrocolloid Indonesia, Bogor, Jawa Barat.

Perusahaan pengolahan rumput laut yang telah beroperasi sejak tahun 2012 ini hasil produksinya sebesar 80 persen untuk mengisi pasar ekspor, khususnya ke Jepang, Rusia, Amerika Serikat, Denmark, dan negara-negara Amerika Selatan.

“Artinya kita punya daya saing dan pasar ekspor olahan rumput laut ini masih menjanjikan. Apalagi, Indonesia punya potensi besar dengan ketersediaan bahan baku rumput lautnya,” ungkap Putu melalui keterangan tertulis.

Pada tahun 2020 produksi rumput laut kering sekitar 376 ribu ton, dengan penghasil utamanya berasal dari Provinsi Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

“Sementara itu nilai ekspor dari industri pengolahan rumput laut di Indonesia sepanjang tahun 2020 mencapai 96,19 juta dolar dengan volume produksi sebesar 26.611 ton,” katanya.

Secara global saat ini Indonesia menempati posisi ke-7 untuk negara eksportir agar-agar dan peringkat ke-6 sebagai negara eksportir karaginan.

Di sisi lain secara volume ekspor, Indonesia merupakan negara eksportir terbesar untuk komoditas rumput laut kering.

“Pada tahun 2019, nilai ekspor olahan rumput laut hanya 49,75 persen dari nilai ekspor rumput laut kering, dengan produk olahan utama yang diekspor itu adalah karaginan. Pada tahun 2020, persentase tersebut meningkat menjadi 53,79 persen,” katanya.

Selain itu, Kemenperin juga terus mengoptimalkan penggunaan produk olahan rumput laut dalam negeri guna mengurangi ketergantungan terhadap produk impor sekaligus mendukung kebijakan substitusi impor.

“Selanjutnya meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui diversifikasi produk olahan rumput laut, mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna, serta mendorong kerja sama riset dan pengembangan produk olahan rumput laut dengan lembaga riset dalam dan luar negeri,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
A. Hilmi