Beras Indonesia (Aktual/Ilst)
Beras Indonesia (Aktual/Ilst)

Jakarta, Aktual.com — Harga beras di Indonesia tergolong termahal di dunia meski telah diimbangi dengan peningkatan subsidi pupuk dan subsidi benih.

Pasalnya, rata-rata harga beras premium di Indonesia saat ini mencapai Rp12.000 per kilogram (kg) dan beras medium mencapai minimal Rp10.000 per kg. Sementara harga beras di negara-negara produsen beras lainnya seperti Thailand, Vietnam, dan India masih berkisar 350-400 dolar AS per ton yang jika dikirim ke Indonesia ditambah ongkos kirim dan ongkos angkut masih berkisar Rp6.000 hingga Rp7.000 per kg.

Kepala Sub-Bidang Irigasi dan Rawa Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Wasito Hadi mengatakan tingginya harga beras di Indonesia antara lain disebabkan beras yang beredar kebanyakan adalah beras premium. Sementara untuk memproduksi beras medium susah dilakukan karena mutu gabah beras petani rendah akibat dampak elnino.

KEDIRI, 14/7 - HARGA BERAS NAIK. Pekerja mencampur beras kualitas premium di Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) Perum Bulog Sub-Divre V, Paron, Kediri, Jawa Timur, Selasa (13/7). Dibanding harga pada 1 Juli 2010, di Jawa Timur harga beras saat ini telah naik rata-rata Rp 1.000 per kg. Kenaikan harga beras karena banyaknya gagal panen di daerah lumbung padi karena cuaca ekstrim. FOTO ANTARA/Arief Priyono/ed/nz/10
Pekerja mencampur beras kualitas premium di Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) Perum Bulog Sub-Divre V, Paron, Kediri, Jawa Timur, Selasa (13/7). FOTO ANTARA/Arief Priyono

“Beras medium yang dicari Bulog kan minimal kadar airnya 25 persen, sementara karena dampak elnino kadar airnya menjadi di bawah 20 persen, sehingga harus digiling menjadi beras premium,” ujar dia di Yogyakarta, Selasa (23/2).

Selain itu, lanjut Wasito, tingginya harga beras juga disebabkan faktor skala usaha tani yang masih rendah dengan rata-rata luas lahan 0,2-0,3 hektare. Padahal seharusnya, menurut dia, luas lahan pertanian idealnya minimal 2 hektar yang paling tidak dapat digarap secara berkelompok.

Di samping itu, kebanyakan masih menggunakan cara tradisional dan belum menerapkan penggunaan teknologi pertanian. Mengacu hasil analisis Badan Pusat Statistik (BPS), 48 persen ongkos produksi di Indonesia dihabiskan untuk biaya tenaga kerja.

“Kalau saja dengan sistem mekanisasi dengan skala usaha minimal 2 hektar dengan digarap secara berkelompok mungkin akan lebih efisien,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka