Jakarta, Aktual.com — Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Luar Negeri Kementerian Pariwisata RI, Prof. Dr. I Gede Pitana mengatakan, wisata bahari dijadikan prioritas utama untuk dikembangkan pada tahun 2015 hingga 2019 karena merupakan program unggulan dalam pembangunan kepariwisataan nasional, dengan arah pengembangan yang terdiri atas pengenalan tempat tujuan wisata, dukungan bagi kampanye pelestarian lingkungan, dan peningkatan wisata budaya bahari.
“Wisata bahari itu porsinya 35 persen dari jenis wisata yang akan dikembangkan pada 2015 hingga tahun 2019. Dari 100 persen wisatawan mancanegara yang melancong ke Indonesia, 60% karena culture, 30% nature, 10% karena manmade atau built. Wisata bahari sendiri masuk nature yang 30%, dari nature sendiri terbagi menjadi wisata ekologi; 45%, bahari 35 %, dan petualang 20%, ” jelas dia kepada Aktual di ruang kerjanya.
Sementara itu, kata Profesor Pariwisata minat wisatawan mancanegara (wisman) terhadap wisata bahari Indonesia cukup besar. “Permintaannya luar biasa, terutama kunjungan ke daerah Wakatobi, Raja Ampat, Derawan, Bunaken, Kepri (Kepulauan Riau), minat tersebut terlihat ketika digelarnya acara Internationale Tourismus-Börse (ITB) Berlin sebagai pasar wisata terbesar di dunia. Tahun ini kegiatan tersebut berlangsung di bulan Maret di Berlin, Jerman. Hal sama juga terjadi di Tiongkok saat Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) mengadakan acara promosi di tiga kota di Tiongkok, salah satunya ke Shanghai,”.
Pitana mengatakan saat ini pemerintah sendiri menargetkan wisman yang akan datang ke Indonesia yang berasal Singapura, Malaysia, Tiongkok, Australia, dan Jepang. Kelima negara ini merupakan penyumbang terbesar wisman ke Indonesia. “Wisman dari kelima negara tersebut menghasilkan 60 persen kunjungan wisman. Orang datang karena jarak dan purchasing power,”.
Sedangkan promosi yang dilakukan pemerintah kepada Tiongkok, sambung Doktor Sociology Antropology dari The Australian National University (1997), difokuskan pada wisata bahari. Walaupun pasar Tiongkok begitu tinggi. Tetapi juga menyasar pada pasar Eropa. “Mereka datang ke sini juga untuk marine tourism,”.
Sementara itu, kata Pitana fokus pengembangan wisata bahari yakni pada destinasi pantai, selam dan selancar (surfing), yacht, cruise, serta kegiatan terkait laut dan masyarakat pesisir dan Kementerian Pariwisata mendukung kampanye pelestarian lingkungan bahari dan peningkatan budaya bahari itu sendiri. “Dengan harapan agar Indonesia akan menjadi destinasi bahari utama di dunia,”.
Kementerian Pariwisata sendiri menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara yang terus meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Target 2014 yakni 1 juta orang, naik menjadi 1,3 juta pada 2015, 1,8 juta pada 2016, kemudian 2,3 juta pada 2017, dan 3 juta pada 2018, serta mencapai 4 juta orang pada 2019. “Wisata bahari juga ditargetkan mampu memberikan devisa hingga 4 miliar dolar AS pada 2019. Di tahun ini targetnya mencapai 1 miliar dolar AS,”, ujar dia.
Pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional khusus untuk bahari sambung mantan Kepala Dinas Pariwisata Prov. Bali (2001-2004) akan dilakukan di sebanyak 25 titik pada lima tahun ke depan. Pada tahap awal di tahun ini, kementerian akan mengembangkan delapan kawasan strategis pariwisata nasional khusus bahari.
Pemerintah juga akan membangun 100 marina, 10 pelabuhan kapal pesiar, serta 45 destinasi selam. Pada tahun pertama, sebanyak 25 destinasi wisata selam akan dikembangkan hingga akhir tahun 2015, di samping pembangunan marina di sejumlah daerah yang memungkinkan 750 kapal untuk bersandar, serta 400 call untuk pelabuhan kapal pesiar.
“Pembangunan dilakukan karena sebagian besar wisatawan mancanegara meminati wisata pantai lalu yacht, kemudian cruise dan selam,” ungkapnya.
Pengembangan daerah tujuan wisata bahari ini perlu dikembangkan melalui strategi peningkatan kerja sama antar sektor baik di tingkat pusat maupun provinsi serta membangun kerja sama antar daerah, juga diperlukan masukan dari para akademisi, biro wisata, penggiat wisata, pelaku usaha bahari, jurnalis, serta instansi terkait di bidang wisata bahari diperlukan dalam penyempurnaan strategi pengembangan wisata bahari Indonesia ke arah yang lebih baik, yang antara lain melalui direct sale strategy, fortofolio strategy, strategi parenting, dan bisnis level strategi.
Namun demikian dirinya tidak memungkiri jika pengembangan wisata bahari memiliki tantangan kedepan, antara lain sensitivitas lingkungan pantai dan pesisir, dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya dari kegiatan wisata bahari. Sedangkan dalam pengelolaan pariwisata, akses yang terbuka menjadikan salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan pariwisata bahari,” pungkas Pitana.
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs