Tank-tank Israel sedang memasuki wilayah Gaza - foto X

Jakarta, aktual.com – Setelah hampir 22 bulan Israel melakukan kekejian hingga genosida rakyat Palestina di Jalur Gaza. Sejumlah negara mulai menyatakan akan mengakui kemerdekaan Palestina di sidang tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Beberapa negara yang akan mendukung Kemerdekaan Palestina diantaranya adalah Prancis dan Inggris sebagai pemilik Hak Veto di PBB. Hak luar biasa yang tidak dimiliki semua negara anggota PBB.

“Jika Inggris dan Prancis mewujudkan rencana itu bulan depan, tinggal Amerika Serikat dari lima pemegang hak veto di Dewan Keamanan PBB belum mengakui kemerdekaan Palestina,” kata Pengamat Timur Tengah Faisal Assegaf kepada Aktual.com, Senin (11/8/2025).

Baca Juga:

PBB Peringatkan Rencana Israel Kuasai kota Gaza Beresiko Timbulkan Bencana Kemanusiaan

Pendiri situs Albalad.co ini menambahkan, rencana beberapa negara Barat itu merupakan sinyal positif dalam panggung politik internasional, namun pengakuan atas negara Palestina sekadar simbolik dan tidak akan mengubah keadaan di lapangan.

“Israel masih menjajah Palestina,” tegasnya.

Faisal melihat, Rencana pengakuan terhadap negara Palestina bukan seperti negara diimpikan bangsa Palestina. Indikasi ini terlihat dari pengumuman disampaikan Presiden Prancis Emmanuel Macron bulan lalu.

“Prancis akan mengakui negara Palestina demiliterisasi (tanpa angkatan bersenjata),” ungkapnya.

Baca Juga:

Israel Sedang Siapkan Perang Baru di Gaza

Dengan situasi tersebut, menurutnya bagaimana mungkin Palestina menjadi sebuah negara tanpa angkatan perang mesti hidup berdampingan dengan bekas penjajahnya, Israel.

“Tentu saja, negara Zionis itu bisa berbuat seenaknya kapan saja,” ucapnya.

Pernyataan Marcon itu sebenarnya membuka rencana negara-negara Barat mengakui Palestina, yang dibarengi tekanan terhadap Hamas untuk menyerah dan melucuti senjata.

“Akhirnya ketahuan, rencana pengakuan sejumlah negara Barat itu sekadar formalitas bukan terobosan untuk membantu Palestina segera merdeka dan berdaulat,” ungkapnya.

Selain itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pernah bilang dia setuju pembentukan negara Palestina dengan dua syarat. Pertama tanpa angkatan bersenjata dan bukan beribu kota di Yerusalem Timur.

“Mestinya yang harus segera dilakukan bukan mengakui negara Palestina tapi bagaimana mengakhiri kebiadaban Israel di Jalur Gaza sekaligus memberikan hukuman atas kejahatan perang dan kemanusiaan dilakukan Israel,” tegasnya.

Menurutnya, semua negara perlu memberi sanksi politik (pemutusan hubungan diplomatik dan mengeluarkan Israel dari beragam organisasi regional dan multilateral, serta menetapkan Netanyahu beserta pejabat sipil dan militer terlibat dalam perang di Gaza sebagai persona non-grata sanksi ekonomi (pemutusan hubungan dagang dan kerjasama bisnis, blokade darat, laut, dan udara), serta sanksi militer (embargo senjata).

Selain itu, melaksanakan surat perintah penangkapan dikeluarkan ICC (Mahkamah Kejahatan Internasional) terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, ditambah perwira dan tentara terbukti melakukan kejahatan perang di Gaza.

“Tentu saja semua itu sulit dilakukan bila masih takut terhadap Amerika Serikat merupakan sekutu istimewa Israel,” jelanya.

Baca Juga:

Evakuasi Warga Gaza, Pengamat Ingatkan presiden Prabowo Tak Terjebak Agenda Israel

Sementara itu Presiden Prabowo sempat bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Merdeka, Jakarta, tanggal 28 Mei 2025. Dalam per6emuan tersebut Prabowo tegas menyampaikan sikap Indonesia yang mendukung kemerdekaan Palestina.

“Kemerdekaan Palestina adalah kunci perdamaian sejati,” tegas Prabowo.

Negara negara yang mendukung Kemerdekaan Palestina

Perjuangan kemerdekaan dan dukungan untuk Kemerdekaan Palestina dari berbagai negara didunia terus bergilir sejak beberapa dekade terakhir, meskipun belum membuahkan hasil yang signifikan hingga saat ini.

Sejauh ini, sudah 147 dari 193 negara telah mengakui Palestina sebagai sebuah negara. Dari jumlah ini, termasuk 14 dari 32 anggota NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), yaitu Albania, Bulgaria, Ceko, Hungaria, Islandia, Montenegro, Norwegia, Polandia, Rumania, Slowakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, serta Turki.

Dari 147 negara itu mencakup sepuluh negara anggota G 20. Afrika Selatan, Arab Saudi, Argentina, Brasil, Cina, India, Indonesia, Meksiko, Rusia, dan Turki.

Jika Inggris dan Prancis mewujudkan rencana itu bulan depan, tinggal Amerika Serikat dari lima pemegang hak veto di Dewan Keamanan PBB belum mengakui kemerdekaan Palestina.

Akankah Inggris dan Prancis mengikuti jejak Rusia dan Chaina yang telah lebih dahulu menyatakan dukungan kemerdekaan Palestina, dan penghentian genocide di Jalur Gaza.

“Jangankan menjadikan Palestina merdeka, 147 negara sudah duluan mengakui tidak sanggup menghentikan genosida Israel, memaksa negara ini mencabut blokade atas Gaza, merobohkan semua permukiman Israel dan tembok pemisah di Tepi Barat, serta tidak mampu membuat jera Israel,” paparnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi