Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) menyebut masih akan ada ketidakpastian ekonomi global tahun ini seiring rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, the Fed fund rate (FFR) yang bisa terjadi lebih dari dua kali. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi AS kian membaik.
“Perekonomian AS ketika kami review ternyata angka penganggurannya rendah, konsumsi dan investasi membaik, dan inflasi seperti sesuai seperti yang ditargetkan,” papar Gubernur BI, Agus Martowardojo, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (20/1).
Dengan kondisi perekonomian yang seperti itu, kata dia, peluang FFR naik akan semakin besar. Sehingga kemudian, BI juga terus mengantisipasi kebijakan keuangan dan perdagangan AS di bawah Donald Trump.
“Adanya ketidakpastian ini, karena kalau FFR naik, maka bunga untuk tiga tahun ke depan khususnya USD juga akan naik. Sehingga bagi pemerintah atau korporasi yang punya utang USD harus siap-siap dengan kondisi yang lebih mahal,” terang dia.
Ditambah lagi, kata dia, potensi adanya dana keluar (caputal outflow) juga cukup tinggi. “Dengan suku bunga FFR yang 0,5%-0,75% itu bisa naik lagi dan membuat dana di Indonesia tertarik untuk diinvestasikan ke AS,” jelas Agus.
Bagi BI sendiri, akan melakukan respon dengan bauran kebijakan ketika USD naik dan posisi dana di Indonesia akan ke luar negeri.
“Kebijakan moneter kami baurkan dengan sistem makro prudensial dan sistem pembayaran yang lebih efisien,” ujar Agus.
Sejauh ini, kata dia, kepercayaan pasar terhadap Indonesia masih tinggi. Buktinya, hingga kemarin, total dana luar negeri yang masuk ke Indonesia sudah Rp18 triliun untuk membeli Surat Utang Negara. Lebih 4-5 kali lipat dibanding tahun lalu di periode sama yang sebesar Rp3 triliun.
“Itu menunjukan confident dunia pada Indonesia masih tinggi. Tapi pemerintah harus hati-hati karena perkembangan ketidakpastian di dunia juga tinggi. Makanya kami masih harus jaga pertumbuhan di 2017 ini,” pungkas Agus.
Artikel ini ditulis oleh: