Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio (kedua kiri) didampingi Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Hamdi Hassyarbaini, serta Direktur Pengembangan BEI, Hosea Nicky Hogan saat memberikan penjelasan pada jumpa pers di Galeri BEI, Jakarta, Kamis (27/8). Bursa Efek Indonesia (BEI) menemukan ada 14.000 transaksi kena batas bawah auto rejection. Enam Anggota Bursa (AB) dicurigai lakukan short selling. Tito mengaku tak habis pikir ada sejumlah perusahaan raksasa yang mengeruk begitu banyak sumber daya alam di Indonesia tapi mencatatkan sahamnya di luar negeri. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com — Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini akan dapat bertumbuh lebih besar lagi. BEI berharap pada 15 emiten papan atas yang sahamnya saat ini masih di bawah dari angka tertingginya dahulu.

Perlu diketahui, pada awal tahun lalu, IHSG sempat menyentuh level tertinggi, yaitu 5.400. Namun setelah seiring gejolak ekonkmi global semakin parah, IHSG mulai anjlok. Bahkan 15 emiten besar yang selama ini mendongkrak laju IHSG juga ikut runtuh nilai sahamnya.

“Kalau 15 perusahaan besar itu akan balik lagi seperti dulu, maka laju IHSG akan lebih kuat lagi,” tegas Direktur Utama BEI, Tito Sulistio di Jakarta, Jumat (5/2).

Menurut Tito, penurunan nilai saham emiten itu berdampak pada penurunan kapitalisasi pasarnya. Jika nilai saham mereka itu menguat maka akan berdampak juga pada kapitalisasi pasar modal Indonesia yang akan lebih kuat lagi.

“Rata-rata penurunan saham mereka antara 8-35 persen. Jadi nilai saham mereka belum mencapai yang tertinggi seperti dulu. Untuk perusahaannya apa, tidak etis kalau saya sebut,” tegas dia.

Saat ini, Tito juga bangga kinerja IHSG mulai makin positif. Bahkan hari ini kapitalisasi pasar di BEI mencapai Rp5.000 triliun lebih. Angka ini menjadi rekor di awal tahun, setelah berbulan-bulan di kisaran Rp4700 triliun.

“Bahkan laju IHSG secara year to date terbaik di dunia mencapai 3,9 persen. Di atas Thailand yang kedua. Saya ingin ada relaksasi kebijakan, sehingga kondisi pasar semakin bagus,” kata dia.

Perbedan dengan pasar Thailand adalah, banyaknya investor asing asal Taiwan. Selama ini, kata dia, investor Taiwan sangat prospektif.
“Kami akan genjot investor asing dari Taiwan, supaya berinvestasi di pasar modal kita. Apalagi capital inflow saat ini mencapai Rp1,2 triliun,” tegas Tito.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka