Petugas menghitung uang kertas mata uang rupiah di tempat penukaran uang (Money Changer) PT Ayu Masagung, kawasan Kwitang, Jakarta, Rabu (25/4). Kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menyikapi pelemahan nilai tukar rupiah ke depan sangat berpengaruh terhadap arah rupiah dalam jangka panjang. Jika salah langkah, maka rupiah berpotensi menyentuh level Rp 15.000 per dollar AS. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, bergerak melemah tipis sebesar sembilan poin menjadi Rp14.650 dibanding sebelumnya Rp14.641 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada September mendatang membebani mata uang rupiah.

“Dolar AS cenderung menguat didorong oleh naiknya pertumbuhan ekonomi AS di triwulan kedua sebesar 4,2 persen dibandingkan estimasi sebelumnya sebesar 4,0 persen. Data itu memberikan sinyal positif bagi naiknya inflasi inti di bulan Juli yang diperkirakan sesuai dengan ekspektasi The Fed sebesar 2,0 persen. Hal itu dapat mendorong keyakinan The Fed untuk menaikan tingkat suku bunga di bulan September,” paparnya di Jakarta, Kamis (30/8).

Selain itu, lanjut dia, data Amerika Serikat lainnya seperti Core Personel Consumption Expenditure (PCE) di triwulan kedua juga naik sebesar 2,0 persen sesuai dengan estimasi.

Ia memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan bergerak di kisaran level Rp14.600-Rp14.660 per dolar AS pada hari ini (Kamis, 30/8).

Sementara itu, Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, mengatakan ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat ditambah sentimen� masalah dagang global masih membebani mata uang pasar negara-negara berkembang.

“Sentimen saat ini membuat dolar AS stabil dengan kecenderungan menguat,” katanya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan