Warga memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Bumi Cengkareng Indah, Jakarta, Sabtu (21/1). Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM menyatakan tarif listrik daya 900 VA non-subsidi akan naik per KWh sebanyak 32 persen. Kenaikan tersebut akan dilakukan bertahap dalam tiga bulan ke depan, pada bulan Januari-Maret-Mei. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kebijakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) 2017 sejak awal tahun sudah menjadi beban masyarakat. Apalagi hal itu diikuti dengan kenaikan-kenaikan lainnya, seperti tarif pengurusan STNK dan harga bahan pangan.

Kondisi itu membuat laju inflasi selama dua bulan di awal tahun sangat tinggi. Di Januari, inflasi mencapai 0,97 persen dan di Februari sebesar 0,23 persen. Sehingga total inflasinya sudah mencapai 1,2 persen.

“Jelas kenaikan TDL ini jadi beban masyarakat. Faktanya sudah terlihat di awal tahun ini. Sehingga inflasinya sangat tinggi, itu yang memberatkan masyarakat. Mestinya pemerintah sadar dengan hal itu dan lebih hati-hati lagi menaikkan TDL ini. Apalagi masih ada volatile food,” ekonom Indef, Nailul Huda kepada Aktual.com, di Jakarta, Selasa (14/3).

Dirinya meminta kepekaan pemerintah dalam kenaikan TDL ini karena dampaknya sangat serius ke masyarakat. Apalagi kemudian, kenaikan TDL masih ada beberapa tahap lagi yang akan dilakukan pemerintah.

“Tentu saja beban masyarakat akan semakin tinggi. Makanya, saya berharap kenaikan TDL ini dapat ditutupi oleh penurunan harga kebutuhan pokok. Dan ini harus serius (penanganannya),” pintanya.

Namun sayangnya, kata dia, hingga saat ini pemerintah belum mampu mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok untuk turun itu.  Sehingga kondisi itu yang terjadi sudah menambah beban masyarakat.

“Padahanya caranya relatif mudah, bisa dengan pemotongan jalur distribusi ataupun dengan mengadakan operasi pasar murah. Banyak instrumennya. Cuma itu tak dilakukan pemerintah. Makanya pemerintah harus kreatif dalam menekan harga pangan,” ketus dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan