Jakarta, Aktual.co — Jakarta, Aktual.co —Minggu (8/3) kemarin, pengunjung alun-alun Magetan semakin siang semakin ramai. Aktivitas warga Magetan di jantung kota lereng Gunung Lawu itu pun semakin beragam.

Seperti aktivitas yang dilakukan para relawan gerakan Aku Berdonasi yang menggelar zona bermain #Sejutapensilwarna bagi anak-anak usia 3-12 tahun di panggung teater terbuka alun-alun Magetan.

Kegiatan pada Minggu (8/3) pagi itu merupakan acara puncak setelah para relawan “Aku Berdonasi” selama dua bulan penuh menggalang donasi pensil warna dari warga Magetan.

“Sejak Januari 2015, kami membuka lapak perpustakaan lesehan di alun-alun Magetan setiap minggu pagi,” ujar Koordinator Relawan Aku Berdonasi Magetan Diana AV Sasa.

Sambil meminjamkan buku gratis, para relawan mengajak pengunjung alun-alun untuk mendonasikan pensil warna guna mendukung aksi #sejutapensilwarna yang digagas arek Surabaya bernama Fahad Assegaf dan sudah diduplikasi di 13 kota.

“Kami juga menitipkan kotak donasi di beberapa tempat umum,” ujar perempuan yang aktif di dunia buku dan tulis menulis itu.

Tidak hanya itu, warga Magetan di perantauan pun berpartisipasi, diantaranya Komunitas Perantau Asal Magetan (Kompag) di Jakarta dan Bandung.

Selain itu, Surabaya Yayasan Seribu Eling Magetan (Serulingatan), dan Wong Magetan Peduli (WMP) di Hong Kong yang ikut mengirimkan pensil warna.

“Bahkan, anak-anak pun ikut berpartisipasi. Kami bekerja sama dengan SD Selosari Kompleks untuk mengajak siswanya melatih kepedulian dengan menyumbangkan pensil warna baru maupun bekas,” katanya.

Sasa menyampaikan pensil warna itu akan disumbangkan kembali pada anak-anak di beberapa PAUD/TK se-Magetan. “Kami pilih TK atau PAUD yang kondisinya minim, ada di desa terpencil, atau latar belakang wali muridnya kurang mampu,” terang dia.

Dalam acara puncak #sejutapensilwarna yang dikemas meriah dan diikuti oleh 200-an anak itu, relawan Aku Berdonasi menghadirkan empat zona bermain dengan beragam aktivitas bermain.

Ada zona gambar, zona musik, zona bahasa, dan zona gerak. Di masing-masing zona tersebut, anak-anak diajak berkreasi dan mengasah kreativitas yang merangsang bakat minat.

Misalnya, di zona musik, anak-anak diajak bermain menciptakan irama dengan menggunakan barang bekas seperti kaleng, botol, dan pensil.

Untuk zona gambar ada permainan membuat lukisan dari bahan sampah berupa kulit bawang, sisa sayuran, kulit telur, daun kering, serta sisa rautan pensil.

Di zona bahasa, anak-anak diasah kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan berkomunikasi melalui teknologi. “Dengan menggunakan pensil warna, anak-anak kami ajak menulis surat untuk presiden Joko Widodo,” jelas Sasa.

Sementara itu, di zona gerak, anak-anak diasah kemampuan bekerja sama kelompok dengan permainan memindahkan bola dengan pensil, kemampuan logika dengan permainan berburu pensil, dan berbagai permainan lain.

“Antusiasme warga Magetan terhadap aksi galang donasi pensil warna ini cukup tinggi. Terbukti hingga hari terakhir (8/3) sudah terkumpul 700 kotak pensil, bahkan hari terakhir juga masih bertambah,” ujarnya.

Selain Magetan, acara puncak aksi #sejutapensilwarna juga dilakukan di Balikpapan, Bandung, Denpasar, Jakarta, Jombang, Solo, Karawang, Malang, Medan, Ngawi, Samarinda, dan Surabaya.

Mengenali Potensi Anak Awalnya, Arek Suroboyo bernama Fahad Asegaf menggagas Gerakan Donasi #SejutaPensilWarna itu lewat sosial media pada November 2014.

“Saya tidak menyangka kalau respons teman-teman begitu cepat, ternyata dalam sebulan sudah ada 12 kota yang menduplikasi Aku Berdonasi dan bulan berikutnya bertambah lagi,” katanya.

Menurut dia, pensil warna yang terkumpul didonasikan pada anak-anak yang membutuhkan di daerah asal masing-masing relawan.

“Jadi, nanti berapapun yang terkumpul, pensil warna itu akan kami donasikan kembali pada anak-anak yang termasuk kategori marjinal,” katanya.
Selain donasi, gerakan itu sendiri sangat penting, karena pensil warna adalah simbol benda yang dekat dengan anak-anak.

“Warna-warni itu kan identik dengan keceriaan, imajinasi, dan kreativitas. Jadi, aksi #sejutapensilwarna itu semacam seruan agar siapa saja peduli untuk menceriakan dunia anak,” tutur Diana AV Sasa.

Baginya, anak-anak itu merupakan usia yang seharusnya ada potensi dan bakat yang dimaksimalkan agar terasah sejak dini.

Aku Berdonasi menginisiasi #SejutaPensilWarna karena melihat fenomena banyak orang dewasa “terjebak” dengan profesi yang bukan sesuai bakat-minatnya, karena orang tua tidak mampu “melihat” potensi terbaik dari anaknya sejak dini.

“Misi aksi SejutaPensilWarna adalah mengajak masyarakat peduli pada anak-anak dan potensi terbaiknya agar kelak ketika dewasa dapat menjalani profesi sesuai minat bakatnya,” ujar Sasa lagi.

Hal itu dibenarkan oleh Ketua DPRD Magetan Joko Suyono saat memberi dukungan gerakan itu pada acara puncak #sejutapensilwarna di kota itu, 8 Maret 2015.

“Kita ini para orang tua yang suka anak-anaknya bermain musik, melukis, menyanyi, tetapi saat dewasa mereka ingin jadi seniman, kita justru tidak setuju. Ini adalah persoalan pola asuh kita,” tukasnya.

Oleh karena itu, orang tua perlu mengenali bakat dan minat putra-putrinya sejak dini agar ketika dewasa dapat terarah pada bidang pekerjaan yang sesuai bakatnya, termasuk lewat gerakan donasi #SejutaPensilWarna.

Di Kota Malang dan Surabaya, relawan Aku Berdonasi juga menggelar aksi sosialisasi di area car free day. Ada aksi membuat boneka kokoru di Malang, sedang di Taman Bungkul Surabaya ada permainan delapan zona kecerdasan.

“Di Surabaya, panitia telah menyiapkan permainan-permainan yang merangsang delapan jenis kecerdasannya, diantaranya bahasa, interpersonal, logika, intrapersonal, kinestetik, musik, visual/spasial, dan alam,” kata panitia Surabaya, Ficky A. Hidajat.

Ficky A. Hidajat yang juga “Public Engagement Coordinator” broadcatindonesia itu menyatakan gerakan #SejutaPensilWarna merupakan gerakan untuk membantu memaksimalkan “Golden Age” anak Indonesia.

“Penelitian terkait tumbuh kembang anak secara jamak mengatakan bahwa ‘Golden Age’ (usia keemasan) seseorang ada pada masa kanak-kanaknya. Jika seorang anak tidak mampu menjalani fase perkembangan ini dengan baik, maka fase perkembangan berikutnya akan terdampak,” paparnya.

Pada usia keemasan itu, sikap-sikap yang identik dengan seorang anak akan muncul melalui pembelajaran dari orang sekitarnya, seperti lari dari tanggung jawab, egois, tidak disiplin dan dampak psikologis lain. Begitu pula sebaliknya.

“#SejutaPensilWarna mengemban misi mengajak masyarakat peduli pada anak-anak dan potensi terbaiknya. Di tangan merekalah, tongkat estafet bangsa ini akan dilanjutkan. Menyiapkan generasi terbaik adalah sama halnya dengan menjadikan Indonesia lebih baik,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh: