Ilustrasi Manusia Berdoa

Oleh: KH. Muhammad Danial Nafis (Khadim Zawiyyah Arraudhah)

Jakarta, aktual.com – Segala sesuatu ada tatacara juga etikanya. Salah satu etika/adab setelah sholat adalah berdoa.

Berdoa merupakan untaian ibadah, sebab kita diperintah Allah untuk berdoa. Dengan berdoa, seorang mengugurkan kewajiban dan menunjukan bahwa dirinya butuh terhadap Allah.

Lalu, mengapa kita istighfar bukan membaca hamdalah selepas ibadah sholat?

Karena kita sangat yakin, dalam ibadah shalat yang kita lakukan sangat rentan dengan kekurangan. Dan kita mohon ampun atas semua kekurangan yang kita lakukan ketika shalat. Hadirkan perasaan “Sholat saya tidak khusyu, tidak hadir hatiku, masih ingin dinilai dan dipuji oeang lain” setelah shalat. Agar ucapan istighfar kita lebih berarti.

Dengan istighfar, supaya kita terhindar dari rasa bangga dengan amal sholeh, dan tidak pamer.

Kemudian, Jangan sampai setelah sholat kita langsung beranjak pergi.

Wahai anak-anakku, kalian tidak mungkin istiqomah wirid lama seperti di Zawiyah, pasti akan kalian kurangi. Oleh karena itu Duduklah sebentar, jangan sampai tidak membaca istighfar 3 kali, kalimat tahlil 3 kali, Ayat Kursi, 2 Ayat Terakhir Surat At-Taubah (3x di waktu maghrib dan shubuh) dan Doa yang diwasiatkan Rasulullah kepada Muadz. Yaitu:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wa husni ‘ibadatika.

(Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.)

Riwayat lengkapnya:

ِّ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasulullah shallAllahu waalaihi wa sallam menggandeng tangannya dan berkata: “Wahai Muadz, demi Allah, aku mencintaimu.” Kemudian beliau berkata: “Aku wasiatkan kepadamu wahai Muadz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalat untuk mengucapkan, (Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.) (HR. Abu Daud)

Ini merupakan mahabbahnya(kecintaan) Rasul kepada Mu’adz.

Banyak orang ketika menerima hadits musalsal ini tidak memahami betul bentuk cinta Rasulullah, sehingga biasa-biasa saja.

Bukankah Kita berharap Cintanya Nabi Muhammad?

Tapi ingat jangan hanya mengaku cinta kepad Nabi, sebab cinta itu bukan sekedar omongan, tetapi harus diiringi dengan tindakan.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain