Jakarta, Aktual.com — Guru besar hukum tata negara Jimly Asshiddiqie menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional Partai Keadilan Sejahtera ke-4 di Depok, Jawa Barat, Senin (14/9). Jimly yang kini menjabat sebagai Ketua DKPP datang sebagai tamu pejabat negara.
Nah, dalam kesempatan itu, Jimly menyinggung beberapa anggota masyarakat seakan tidak pernah kapok membuat partai politik? Apa maksudnya…
“Bangsa kita terlalu beraneka ragam. Bangsa kita terlalu majemuk dan segmented dan fragmented. Jadi pengelompokan berdasarkan faktor primordial sangat kuat,” katanya.
Menurut Jimly, Indonesia merupakan negara yang beranekaragam. Terdiri dari berbagai etnis/suku, agama, ras dan sebagainya. Dalam beberapa hal mereka terfragmentasi di dalam lapisan masyarakat tertentu.
Ia memisalkan, beberapa pulau di Indonesia dihuni oleh penduduk dengan etnis atau agama tertentu. Ataupun di pulau tersebut dihuni oleh etnis yang sama tetapi memeluk agama yang berbeda. Di satu pulau itu mengelompok sendiri-sendiri karena perbedaan agama dimaksud.
Atas dasar itu, lanjut Jimly, partai politik di Indonesia tidak bisa berjalan sendirian guna mewujudkan mimpinya membangun Indonesia. Sebab, kenyataan dilapangan membuktikan adanya pluralitas dimaksud.
“Hal ini menjadikan kita harus terbuka, tapi harus siap juga dengan kenyataan atau refleksi dari pluralitas, sehingga jumlah partai banyak,” sebutnya.
Jimly bisa memahami kenapa Indonesia yang sudah merdeka selama 70 tahun, namun orang tidak pernah belajar dari pengalaman. Nyatanya partai politik terus bermunculan. Alasannya karena majemuknya Indonesia.
“Kita lihat 70 tahun ini, orang tidak tobat bikin partai gitu loh, terus saja. Nanti menjelang pilpres 2019 akan ada lagi partai baru, sekarang saja sudah ada partai baru. Jadi kita harus siap keharusan untuk bekerjasama dengan partai lain,” demikian Jimly.
Artikel ini ditulis oleh: