Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) menilai laju perdagangan sepanjang 2016 lalu mengalami surplus, namun demikian secara nominal masih lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.

“Ekspor kita sepanjang tahun lalu sebesar US$144,43 miliar, sedang impornya sebesar US$135,65 miliar. Memang surplus. Tapi di tahun lalu termasuk periode terendah dalam perdagangan kita. Tahun ini kami proyeksi akan naik,” jelas Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, di kantornya, Jakarta, Senin (16/1).

Sementara untuk neraca perdagangan di sepanjang Desember 2016, juga mengalami surplus sebesar US$992,1 juta dipicu oleh surplus sektor non migas sebesar US$1.477,9 juta dibanding bulan sebelumnya. Namun sektor migas defisit US$455,8 juta.

“Dari sisi volume perdagangan juga pada Desember lalu mengalami surplus 32.013,4 ribu ton. Ini didorong oleh surplusnya neraca volume perdagangan nonmigas sebesar 32.243,7 ribu ton,” ujar Kecuk.

Untuk tujuan negara, ekspor non migas di Desember 2016 terbanyak adalah China sebesar US$1.863,3 juta, Amerika Serikat US$1.457 juta, dan Jepang sebanyak US$1.243,8 juta. Ketiganya mencapai porsi 36,39 persen.

Kecuk menambahkan, kendati mengalami surplus perdagangan di Desember 2016, ternyata impor dari beberapa negara mengalami kenaikan. Untuk impor non migas, dari tiga belas negara utama importir mencapai US$8.875,5 juta atau naik US$259,7 juta atau sebesar 3,01 persen dibanding bulan sebelumnya.

“Kondisi itu karena naiknya nilai impor dari beberapa negara utama seperti Singapura naik 25,83 persen, India naik 31,82 persen, dan AS naik 14,31 persen,” pungkasnya.

 

Laporan: Bustomi

Artikel ini ditulis oleh: