Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Kyrylo Budanov - foto X

Kyiv, Aktual.com –  Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Kyrylo Budanov mengungkapkan kalau selama ini amunisi yang digunakan militer Rusia dalam operasinya di Ukraina mendapat pasokan dari Korea Utara. Tidak tanggung-tanggung, pasokan amunisi Korea Utara kepada Rusia mencapai 40 persen, dari seluruh amunisi yang digunakan.

Dilansir dari Pravda, hal tersebut diungkapkan Budanov  saat diwawancara Bloomberg pada Jumat (11/7). Menurut Budanov, selain amunisi, Pyongyang juga mengirimkan persenjataan lain ke Moskow—termasuk rudal balistik dan sistem artileri. Sebagai imbalannya, Rusia menyediakan uang dan teknologi bagi Korea Utara, yang membantu meringankan isolasi internasional Pyongyang.

Budanov juga membeberkan, Korea Utara juga memasok Rusia dengan senjata lain, termasuk rudal balistik dan sistem artileri, diantaranya 120 sistem artileri jarak jauh dari Korea Utara, termasuk howitzer D-74, MLRS Tipe 63, BM-24, dan meriam Koksan 170 mm, di samping jutaan peluru yang mendukung operasi garis depan.

Budanov menambahkan bahwa Korea Utara memiliki cadangan yang besar, dengan produksi yang terus berlanjut sepanjang waktu. ”Senjata-senjata itu bagus,” ujar Budanov. ”Korea Utara punya stok senjata yang sangat besar dan produksinya berlangsung sepanjang waktu,” beber Budanov yang menjabat sebagai Kepala Intelijen sejak Agustus 2020 lalu.

Meskipun kerja sama militer antara Moskow dan Pyongyang semakin meningkat, Budanov menyatakan keyakinannya bahwa dukungan AS untuk Ukraina akan terus berlanjut dalam waktu dekat. Ia juga menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara tambahan kemungkinan akan segera datang dari Washington.

Mengomentari lanskap politik AS, Budanov mengatakan: ”Posisi Trump konsisten, kita tidak boleh menilai dia berdasarkan karakteristik media. Sebagai kepala dinas khusus, saya tahu lebih banyak hal.”

Ia juga menekankan pentingnya mencapai gencatan senjata sesegera mungkin — jauh sebelum akhir tahun 2025. ”Apakah realistis untuk melakukannya – ya. Apakah sulit – tidak. Dibutuhkan setidaknya tiga pihak – Ukraina, Rusia, dan AS. Dan kita akan mencapai posisi ini,” tegas Budanov.

Korea Utara Siap Kirim 30 Ribu Prajurit Lagi, Bantu Rusia Gempur Ukraina

Sepekan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan negaranya segera mengirimkan puluhan ribu pasukan tambahan untuk membantu Rusia dalam perang yang terus berlangsung di Ukraina. Berdasarkan laporan intelijen Ukraina, Pyongyang tengah bersiap mengirim antara 25 ribu hingga 30 ribu prajuritnya ke Rusia dalam beberapa bulan ke depan.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bersama pasukan yang akan dikirim ke Ukraina tahun lalu – foto X

Jumlah ini tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan pengerahan pertama Korea Utara pada November tahun lalu, yang hanya mengirim sekitar 11 ribu prajurit untuk membantu pertempuran di wilayah Kursk, Rusia. Namun dalam catatan intelijen Barat, dari pengerahan sebelumnya, sekitar 4 ribu tentara Korea Utara tewas atau terluka di medan tempur.

Namun Badan Intelijen Pertahanan Ukraina mengatakan pihaknya telah mendeteksi bahwa sejumlah pesawat militer Rusia telah dimodifikasi untuk mengangkut personel. Hal ini memperkuat dugaan bahwa pengiriman pasukan besar-besaran sedang disiapkan.

Sedangkan menurut pantauan citra satelit menunjukkan aktivitas mencurigakan di pelabuhan Rusia yang sebelumnya digunakan dalam pengerahan militer, serta pergerakan pesawat kargo di Bandara Sunan, Korea Utara.

Kedatangan ribuan pasukan tambahan meskipun bukan tentara profesional terbaik, akan tetapi bisa menjadi beban tambahan secara psikologis dan strategis, yang pada akhirnya akan semakin membuat Ukraina menderita.

Senat AS Naikkan Bantuan Untuk Ukraina Jadi 500 Juta Dolar AS

Di sisi sebaliknya, dilaporkan kalau Senat AS telah menyetujui bantuan militer senilai 500 juta dolar AS untuk Ukraina sebagai bagian dari Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional 2025. Persetujuan senat itu diputuskan melalui voting dengan suara 26 banding 1 pada Rabu (9/7). Hasil putusan Senat AS memperpanjang Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina hingga tahun 2028, meningkatkan pendanaan resmi dari 300 juta dolar AS menjadi 500 juta dolar AS, mulai tahun ini.

(Indra Bonaparte)