Jakarta, Aktual.co — Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat kepemilikan asing di pasar surat berharga nasional (SBN) domestik mengalami peningkatan sebesar 42 persen selama tahun 2014 menjadi Rp460,1 triliun dari Rp323,8 triliun di akhir 2013.

“Meski kondisi Pasar obligasi di Indonesia pada tahun 2014 banyak dipengaruhi faktor ekonomi global dan iklim sosial politik di Indonesia, kepemilikan asing meningkat yang menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia masih positif,” kata Direktur IBPA Wahyu Trenggono dalam siaran pers akhir tahun di Jakarta, ditulis Kamis (1/1).

Wahyu Trenggono mengemukakan bahwa selama 2014, “capital outflow” tampak terjadi di bulan Desember yang mungkin disebabkan adanya ekspektasi lebih cepatnya kenaikan suku bunga AS (Fed Rate) dibandingkan rencana awal.

Secara spesifik, lanjut dia, kinerja obligasi pemerintah yang tercermin dari Indonesia Bond Indexes (INDOBeX) composites mencatatkan kinerja paling bagus dengan imbal hasil tahun berjalan sekitar 12,9 persen dari level 154,6633 ke level 174,6143.

Sedangkan kinerja total imbal hasil obligasi korporasi tahun berjalan sebesar 10,9 persen dari 161,2475 menjadi 178,8612.

Tahun 2014, ia juga mengatakan bahwa pemerintah telah berhasil menerbitkan dana sebesar Rp428,13 triliun dimana Rp274,39 triliun merupakan utang baru. Jumlah penerbitan utang baru (net issuance) itu naik 16,37 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara untuk penerbitan obligasi korporasi sampai dengan akhir tahun 2014, tercatat sebesar Rp45,07triliun atau mengalami penurunan sebesar 22,87 persen dari tahun sebelumnya dengan jumlah seri baru sebanyak 88 seri.

“Penerbitan SUN meningkat, sementara surat utang korporasi menurun. SUN masih dinilai lebih baik oleh investor,” katanya.

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2014, IBPA telah melakukan penilaian dan penetapan harga pasar wajar atas 491 seri jenis instrumen Efek bersifat utang dan Sukuk, dengan total jumlah outstanding mencapai Rp1.851,873 triliun.

Dalam persentase, IBPA telah melakukan valuasi atas 98,13 persen surat utang yang diterbitkan pemerintah dan 98,88 persen obligasi dan sukuk korporasi dan 100 persen KIK-EBA yang diperdagangan di pasar sekunder obligasi dalam negeri.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka