Medan, Aktual.co — Kepala Sekolah SMP Negeri Satu Atap Hutaraja, Kabupaten Tapteng, Darlin Simanullang membantah bahwa dirinya melakukan korupsi dengan memotong dana Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Hal itu dikatakan Darlin saat mencoba memberikan klarifikasi melalui seluler kepada Aktual.co, Minggu (7/12).
“Saya tidak ada korupsi (Dana BSM), saya ngga korupsi,” ujar Darlin.
Menurut Darlin, selaku kepala Sekolah hanya mengusulkan adanya pengadaan lahan sekolah, dan bukan usulan pembangunan fasilitas sekolah.
“Itu bulan agustus, ada rapat untuk memperluas lahan sekolah, hasil rapat kemarin adalah partisipasi orang tua untuk pembelian lahan,” katanya.
Dalam pertemuan itu, diakui Komite Sekolah memang memanggil sebanyak 41 orangtua siswa penerima BSM.
“Jadi bulan ini, Desember dikumpulkan lagi orang tua yang dapat BSM. Jadi bukan inisiatif sekolah itu pak, cuma sekolah memberitahukan kepada Komite untuk pembelian lahan, jadi bukan untuk bangunan. Bukan untuk membangun, tapi memperluas lahan sekolah, mana tau nanti ada bantuan,” kata dia.
Dirinya tak mengetahui bila ada patokan besaran dana yang diajukan kepada orangtua murid untuk pembelian lahan itu.
“Soal patok-patokan saya nggak tau, tapi yang pastinya ada lahan diminta.”
Darlin menuturkan, usai dikonfirmasi terkait mencuatnya dugaan pemotongan dana BSM, dirinya telah menghubungi Komite Sekolah dan mengungkapkan bahwa dana itu masih banyak yang belum membayarkan.
Meski mengetahui bahwa dilakukan pengutipan dana atas dasar rapat Komite Sekolah untuk kebutuhan pembelian lahan sekolah termasuk kepada penerima BSM, Darlin tak membantah, bahwa sebenarnya dana BSM itu tak boleh dipotong dengan alasan apapun.
“Saya luruskan, uang BSM tidak ada hak komite memotong. Tidak boleh (dipotong). Tetapi begini pak, bukan hanya penerima BSM yang memberikan, bahkan yang tidak ada anaknya pun membantu,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, orangtua murid di SMP Satu Atap Desa Huraba, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapteng, Faozanolo Halawa mengeluhkan keputusan pemotongan dana BSM itu. Tak tanggung-tanggun pemotongan mencapai ratusan ribu rupiah.
Faozanolo bahkan mengaku pasrah, apalagi dana BSM yang telah diterima anaknya sudah habis terpakai untuk keperluan sekolah. Faozanolo juga mengaku pasrah jika sikapnya dengan tak membayar uang yang diminta akan berdampak pada sekolah anaknya.
“Hampir semua sebenarnya tidak setuju, tapi mereka takut bicara. Kalaupun anak saya nanti di pecat gak mengapalah, apalagi senin nanti akan ujian dan katanya siapa yang gak bayar tidak bisa ikut ujian, biarlah dia bersabar dulu untuk tidak sekolah,” ujar Faozanolo di Tapteng, Sabtu (6/12).
Artikel ini ditulis oleh:

















